TEMPO.CO, Tangerang Selatan - Aparat Pemerintah Kota Tangerang Selatan belum mampu menangani masalah sampah secara maksimal selama lima tahun terakhir ini. Masalah sampah masih menjadi momok kota hasil pemekaran Kabupaten Tangerang itu.
Bahkan ancaman krisis sampah menghantui kota ini menyusul penuhnya Tempat Pengolahan Akhir Sampah Cipecang satu satunya milik pemerintah daerah itu. ”Ternyata tidak gampang menangani sampah perkotaan ini,”ujar Wakil Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie kepada Tempo, Jumat, 21 Agustus 2015.
Benyamin mengatakan banyak kendala yang merintangi program penanganan sampah di kota berpenduduk 1,4 juta jiwa tersebut. Dari kesadaran masyarakat yang tidak paham cara mengelola sampah yang baik, sulitnya mendapatkan teknologi pengolahan sampah yang canggih dan tepat hingga terbatasnya lahan TPA Cipecang. ”Bu Airin (Wali Kota Airin Rachmi Diany) dan saya telah berupaya, tapi kendala masih menghadang,”kata Benyamin.
Benyamin mengungkapkan, produksi sampah di Tangerang Selatan mencapai 800 ton setiap harinya. Sampah tersebut dihasilkan dari 500 ribu kepala keluarga, pasar tradisional dan kawasan pertokoan. Dari sekian banyak sampah tersebut, hanya 30 persen yang terangkut ke TPA Cipecang, 20 persen tereduksi melalui bank sampah, tempat pengolahan sampah 3 R yang kini beroperasi sebanyak 41 titik. Sisanya belum tertangani.
Meski hanya menampung 30 persen sampah Tangerang Selatan setiap harinya, TPA Cipecang kini sudah penuh. Tingginya tumpukan sampah mencapai 12 meter dan telah memenuhi area sanitary landfill seluas 1 hektare tersebut. ”Meski sudah penuh, kami tetap upayakan sampah yang masuk tetap dikelola di sana,” kata Benyamin. Caranya dengan memadatkan dan meratakan tumpukan sampah yang ada.
Upaya pemerintah Tangerang Selatan untuk memperluas TPA meleset dari target karena terkendala lahan. Target pemerintah daerah membebaskan lahan seluas 10 hektare sejak 2012 tidak membuahkan hasil, karena pemilik lahan menolak tanahnya dibeli. Padahal pemerintah Tangaerang Selatan sudah menganggarkan Rp 35 miliar di APBD. Hasilnya, sejak 2012 hingga 2015, hanya 5,5 hektare yang berhasil dibebaskan.
Krisis sampah pernah dialami Tangerang Selatan sekitar lima tahun lalu ketika Kabupaten Tangerang menghentikan kerja sama layanan sampah di wilayah itu. Penarikan puluhan armada sampah dan dilarangnya Tangerang Selatan membuang sampah di TPA Jatiwaringin milik Pemerintah Kabupaten Tangerang membuat Tangerang Selatan mengalami krisis sampah. Saat itu, sampah menumpuk di jalan-jalan dan di pasar.
Pada 2012 akhirnya Tangerang Selatan mengoperasikan TPA Cipecang dengan sistem pengolahan sampah sanitary landfill.Setiap harinya, TPA Cipecang menerima 600 meterkubik atau 130 ton sampah dari tujuh kecamatan di Tangerang Selatan. Sampah dipadatkan dan ditumpuk diatas lahan 2,5 hektar itu.
JONIANSYAH