TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo memuji manajemen yang dilakukan kontraktor Jepang dalam pembangunan proyek mass rapid transit (MRT). Proyek MRT sempat menuai demontrasi sebelum diputuskan berjalan sejak 10 Oktober 2013. "Alhamdulillah sekarang bisa kita lihat proses pengerjaannya sangat bagus yang dulu orang demo. Semua orang takut kalau dikerjakan akan ada kemacetan di mana-mana," katanya saat membuka acara peresmian di bawah Patung Pemuda Senayan, Senin, 21 September 2015.
Jokowi mengatakan, dengan manajemen lalu lintas yang baik, kemacetan yang dikhawatirkan tak terjadi. "Saya harus mengatakan apa adanya, manajemen yang dilakukan kontraktor sangat bagus. Jepang, ya?" ujarnya. "Kita harus ngomong apa adanya. Sangat bagus."
Menurut Jokowi, pembangunan proyek MRT adalah keputusan politik. Soalnya, menurut perhitungan ekonomi, infrastruktur transportasi massal tersebut tak menguntungkan. Bukan hanya MRT, keputusan pembangunan LRT juga merupakan keputusan politik karena tak membuat untung.
"Kita sudah ketinggalan jauh sekali dari kota-kota besar di seluruh dunia kalau terlambat memutuskan. Itu keputusan politik, jangan dihitung-hitung lagi untung-rugi," ucapnya.
Jokowi membayangkan jika pembangunan MRT dikerjakan 25 tahun lalu. Dia yakin pembebasan lahan jauh lebih murah dan tak perlu meruntuhkan Stadion Lebak Bulus. Dia meminta masyarakat tak perlu ragu akan dampak proyek MRT, seperti kemacetan dan kekhawatiran terowongan ambrol. Apalagi proyek serupa sudah berjalan di banyak negara.
"Itu sudah ada ahlinya, jangan sok kita ngerti memberikan perkiraan-perkiraan yang kita belum pernah kerjakan. Ini kan pertama, apalagi pengamat-pengamat juga sering nakut-nakuti. Kalau kita dengerin terus ragu-ragu, enggak akan jalan," tuturnya.
ALI HIDAYAT