TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Metro Jakarta Selatan Ajun Komisaris Besar Audie Latuheru mengungkapkan bahwa penculik mahasiswi Jurusan Teknik Arsitektur Universitas Indonesia, Safira Permatasari, 20 tahun, menjalankan aksinya dalam dua kelompok.
"Yang satu membawa korban, yang lainnya meneror orang tuanya, minta tebusan, dan mengambil tebusan tersebut," ujar Audie saat ditemui di Polres Jakarta Selatan pada Rabu, 21 Oktober 2015.
Menurut Audie, kelompok yang sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka oleh pihak kepolisian adalah otak dari penculikan ini, yakni kelompok yang meneror orang tua korban dan menyetir kelompok yang menyekap korban. "Tiga tersangka ini inisialnya TI, ZN, dan HD," ujar Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat, yang ditemui di ruang terpisah.
Sedangkan kelompok yang bertugas menyekap Safira di kawasan Puncak, Bogor, masih berada dalam pengejaran oleh petugas kepolisian. "Dari tiga tersangka itu, belum ada yang dikenal korban. Dia (korban) hitung ada sekitar lima orang yang menyekap. Totalnya mungkin 8-9 orang, kami belum tahu pasti," Audie menjelaskan.
Audie berujar, tersangka yang ditangkap di sebuah hotel di kawasan Kota Tua, Jakarta Barat, adalah TI, yang langsung berhubungan dengan orang tua korban. "Dia ini penentu mati atau tidaknya korban. Kalau bunuh, bunuh. Kalau lepas, lepas," tutur Audie. Menurut dia, TI-lah otak yang meneror ayah korban sejak awal penculikan. "Sempat saya lihat polisi, mati," ucap Audie menirukan pesan ancaman dari tersangka.
Selain TI, polisi menangkap tersangka lainnya di tempat yang berbeda-beda. Seorang tersangka berinisial ZN ditangkap di rumahnya di kawasan Cideng. "Satunya lagi di Pancoran, di dekat rumah korban," ucap Audie.
Pada Senin kemarin, Safira diculik sekelompok pria di sekitar Lenteng Agung saat hendak menuju kampusnya di Depok. Para penculik yang meminta uang tebusan sebesar US$ 1 juta tersebut membawa Safira ke Puncak, Bogor. Saat ini, polisi sedang memburu lima pelaku lain yang kemungkinan masih berkeliaran.
ANGELINA ANJAR SAWITRI