TEMPO.CO, Jakarta - Adinda Anggia Putri, pelajar Madrasah Tsanawiyah Al-Mubarok, jarang jajan di sekolahnya di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Pada Sabtu, 24 Oktober 2015, jasad Adinda ditemukan di hutan milik Perhutani di Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor.
"Dia anaknya pendiam. Kalau anak lain pada ribut buat jajan, dia malah jarang beli," kata Yayah, penjual jajanan di sekolah Dinda--panggilan akrab Adinda, saat ditemui Tempo pada Rabu, 28 Oktober 2015.
Awalnya, Yayah berpikir Dinda adalah anak keluarga berada sehingga tak mau jajan sembarangan. Namun belakangan, dia baru tahu bahwa Dinda seorang anak yatim.
"Ibunya sekarang jadi tukang cuci. Tahu anak yatim, saya beri saja cuma-cuma jajanannya," ucap Yayah. Dia berujar, Dinda paling hanya jajan minuman saja di tempatnya.
Anak Yayah adalah teman mengaji Dinda. Menurut dia, Dinda merupakan anak yang baik dan menggunakan kacamata tebal. Dia terakhir mengetahui keberadaan Dinda di sekolah pada Kamis pekan lalu.
Pada Jumat, ibunya datang ke sekolah untuk mencari Dinda yang sejak Kamis sore tidak pulang. Menurut keterangan ibunya, pada Kamis, Dinda pulang sekolah seperti biasa. Menjelang magrib, dia pamit pergi keluar. "Sejak itu, ia enggak pulang lagi," tutur Piah, penjual lain di sekolah Dinda.
Dinda kemudian dinyatakan hilang dan pada Sabtu pekan lalu. Pada hari yang sama, ditemukan mayat misterius di hutan milik Perhutani di Kampung Desa Pangaur, Kecamatan Jasinga, Kabupaten Bogor. Kemudian pada Senin lalu, keluarga mengkonfirmasi mayat tersebut adalah Adinda.
Kepolisian Daerah Metro Jaya sudah membentuk tim bersama Kepolisian Resor Bogor untuk mengungkap kasus ini. "Kami akan joint investigation untuk mengungkap kasus ini," kata Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Metro Jaya Komisaris Besar Mohammad Iqbal.
EGI ADYATAMA