Car Free Day Belum Efektif Kurangi Polusi di Jakarta

Reporter

Suseno

Editor

Suseno

Sabtu, 23 September 2017 18:58 WIB

Sejumlah warga berolahraga saat berlangsung Hari Bebas Kendaraan Bermotor di kawasan Bundaran Hotel Indonesia, Jakarta, 28 Mei 2017. Car Free Day minggu ini berteatan dengan pekan pertama bulan puasa Ramadan. ANTARA/Puspa Perwitasari

TEMPO.CO, Jakarta - Hari bebas kendaraan bermotor (HBKB) atau car free day (CFD) sudah dilaksanakan sejak 2005 di DKI Jakarta. Namun pelaksanaannya dinilai belum efektif untuk meningkatkan kualitas udara di Ibu kota.

Menurut Direktur Eksekutif Komite Penghapusan Bensin Bertimbal (KPBB) Ahmad Safrudin, pelaksanaan car free day belum bisa mengubah kecenderungan masyarakat untuk tetap menggunakan kendaraan bermotor. "HBKB dianggap berhasil jika ada perubahan gaya hidup masyarakat untuk menggunakan moda transportasi umum atau nonmotorized," ujarnya di Balai Kota, Jumat, 22 September 2017.

Dia mengatakan, lebih dari 10 tahun car free day digelar di kawasan Sudirman–Thamrin. Pengaruhnya belum terlalu besar karena penurunan polusi hanya berlaku di kawasan itu saja. Pengukuran road side tidak bisa mewakili kualitas udara DKI Jakarta secara keseluruhan. "Di Sudirman-Thamrin menurun, tapi di Casablanca justru meningkat selama CFD,” kata Ahmad.

Kepala UPT Laboratorium Lingkungan Hidup Daerah Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Diah Ratna Ambarwati mengatakan pelaksanaan car free day merupakan tindak lanjut dari Peraturan Daerah Nomor 2 tahun 2005 tentang Pengendalian Pencemaran Udara.

Saat ini di Jakarta sudah ada stasiun pemantau udara yang terletak di lima wilayah. Alat pengukur ini dapat menganalisis kandungan Partikulat PM 10 (partikel udara yang berukuran lebih kecil dari 10 mikron), nitrogen oksida, dan karbon monoksida. "Kita menganalisis kondisi udara pada jam tertentu, kemudian kita samakan. Pada saat tidak ada kendaraan sama sekali dan pada saat jam-jam sibuk," ujarnya.

Dia mengklaim kegiatan car free day mampu mengurangi pencemaran udara sebesar 70 persen. Namun angka itu fluktuasi karena pencemaran udara disebabkan oleh banyak faktor. Selain kendaraan bermotor, ada faktor teknologi yang menyebabkan perubahan suhu, radiasi global serta perubahan arah dan kecepatan angin yang berpengaruh dengan kondisi polutan di udara.

Pada kegiatan car free day 2015 penurunan pencemaran udara mencapai 75 persen. Sedangkan setahun berikutnya hanya 65 persen. “Karena peningkatan jumlah pembangunan dan jumlah kendaraan bermotor," ujar Diah.

BISNIS.COM

Berita terkait

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

6 jam lalu

Jakarta Peringkat 10 Kota dengan Udara Terburuk pada Sabtu Pagi

Pada Sabtu pagi pukul 07.02 WIB Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 122 atau masuk dalam kategori tidak sehat.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

5 hari lalu

Polusi Udara Bisa Bikin Serangga Salah Pilih Pasangan Kawin

Temuan lainnya adalah keturunan hibrida dari serangga yang salah pilih pasangan karena polusi udara itu kerap kali steril.

Baca Selengkapnya

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

28 hari lalu

Studi Menunjukkan Cahaya Lampu pada Malam Hari Bisa Meningkatkan Risiko Stroke

Studi ini mengeksplorasi hubungan antara paparan polusi cahaya pada malam hari dengan potensi risiko kesehatan otak dan stroke.

Baca Selengkapnya

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

43 hari lalu

Startup di Telkom University Bikin Alat Pemantau Udara: Ramah Lingkungan, Wireless, Berorientasi Siswa

Startup BiruLangit dari unit inkubasi Bandung Technopark Telkom University mengembangkan alat pemantau udara Low-Cost Sensors (LCS)

Baca Selengkapnya

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

45 hari lalu

Mikroplastik di Dalam Darah Berkorelasi dengan Peningkatan Serangan Jantung

Studi atas tumpukan plak di pembuluh darah pasien rumah sakit di Italia mendapati kandungan mikroplastik yang sangat jelas di bawah mikroskop.

Baca Selengkapnya

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

46 hari lalu

Kurangi Polusi Udara Sekaligus Kemacetan, BISKITA Kemenhub Hadir di Bekasi

Kementerian Perhubungan secara bertahap sejak 2020 meluncurkan angkutan massal dengan sistem Buy the Service (BTS). Kurangi polusi udara dan kemacetan

Baca Selengkapnya

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

46 hari lalu

Kualitas Udara Jakarta Masuk Urutan 10 Terburuk di Dunia pada Awal Libur Panjang Nyepi

Udara Jakarta memburuk menjelang libur panjang akhir pekan. Merujuk data IQAir, kualitas udara Jakarta terburuk ke-10 dari kota besar di dunia.

Baca Selengkapnya

Satpol PP DKI Bubarkan Aksi Dukung Palestina di Car Free Day Bundaran HI

55 hari lalu

Satpol PP DKI Bubarkan Aksi Dukung Palestina di Car Free Day Bundaran HI

Sejumlah petugas Satpol PP DKI mengambil dan menggulung spanduk milik massa aksi dukung Palestina di car free day Bundaran HI.

Baca Selengkapnya

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

20 Februari 2024

Polusi Udara Dapat Mengubah Aroma Bunga, Membuat Bingung Serangga

Polusi udara telah mendegradasi senyawa kimia di balik aroma memikat bunga-bunga. Simak hasil studi tim peneliti di Amerika Serikat ini.

Baca Selengkapnya

Masyarakat Menilai Pemilu 2024 Penuh Kecurangan, Akan Menunggu Hasil Real Count KPU

18 Februari 2024

Masyarakat Menilai Pemilu 2024 Penuh Kecurangan, Akan Menunggu Hasil Real Count KPU

Sejumlah warga yang ditemui Tempo di car free day menilai Pemilu 2024 penuh kecurangan dan tidak adil. Menunggu hasil real count KPU.

Baca Selengkapnya