Kampung Putus Sekolah di Bogor, Tak Ada yang Punya Ijazah SD

Senin, 14 Mei 2018 09:24 WIB

Puluhan warga Kampung Putus Sekolah di Desa Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, antusias saat kedatangan tim guru dari SD Sukamulya 2, Sabtu 12 Mei 2018. TEMPO/ADE RIDWAN

TEMPO.CO, Bogor - Jarak Desa Mulyasari dari Jakarta hanya sekitar 60 kilometer, namun desa ini disebut Kampung Putus Sekolah karena tak ada penduduknya yang memiliki ijazah sekolah dasar. Hampir seluruh anak dari 58 kepala keluarga di desa yang terletak di kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor ini tidak mengenyam pendidikan.

Ketua RT05/01, Mulyasari, Sukamakmur, Muad menyebut alasan kampung tersebut dijuluki sebagai kampung putus sekolah. “Tidak ada satupun masyarakat disini yang punya ijazah sekolah, jadi ya wajar kami sebutnya kampung putus sekolah,” kata Muad kepada Tempo, Sabtu 12 Mei 2018.

Kendati jarak dari pusat kota tidak terlalu jauh, jalan menuju kampung itu berbatu dan terjal. Setelah melewati jalan berbukit, untuk bisa masuk ke kampung tersebut juga harus melewati hutan dan jalan setapak yang berliku dan curam. Umumnya orang harus menggunakan motor trail, meski sepeda motor biasa juga bisa melewati jalan yang didominasi oleh tanah dan batu.

Baca: Kota Tangerang Percepat Pendataan Anak Putus Sekolah

Akses yang sulit untuk keluar masuk kampung ini menjadi alasan para orang tua tak menyekolahkan anaknya ke sekolah reguler. Ada sih sekitaran sini sekolah, cuma jaraknya jauh jauh dan aksesnya sulit,” katanya.

Puluhan warga Kampung Putus Sekolah di Desa Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, antusias saat kedatangan tim guru dari SD Sukamulya 2, Sabtu 12 Mei 2018. TEMPO/ADE RIDWAN

Meski tak memiliki ijazah, lanjut Muad, penduduknya tetap bisa membaca, menulis dan berhitung. Hal itu karena mereka membuat sendiri madrasah yang digunakan untuk belajar agama.

“Di madrasah itu selain mereka belajar agama, juga belajar pelajaran SD sebisanya,” kata Muad.

Advertising
Advertising

Guru-guru madrasah pun merupakan warga sekitar yang paham agama. “Mereka belajar di bangunan yang kami buat seadanya dibantu dengan sumbangan pihak luar seperti mahasiswa atau yayasan,” kata Muad.

Di bangunan yang memiliki luas kurang lebih 4x12 meter tersebut, proses belajar mengajar terjadi. Namun tidak ada bukti seperti ijazah yang menandakan seseorang mengenyam bangku pendidikan. “Mereka sih belajar kemauannya tinggi, tapi nggak ada ijazah, karena belajarnya hanya seadanya,” lanjut Muad, ketua RT kampung putus sekolah itu.

Berita terkait

Pesan Nadiem untuk Guru Penggerak: Bawa Obor Perubahan di Setiap Daerah

1 hari lalu

Pesan Nadiem untuk Guru Penggerak: Bawa Obor Perubahan di Setiap Daerah

Mendikbud Nadiem Makarim memberikan pesan kepada Guru Penggerak. Apa katanya?

Baca Selengkapnya

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

1 hari lalu

Puncak Hardiknas 2024, Nadiem Singgung 5 Tahun Perjalanan Merdeka Belajar

Perayaan Hardiknas 2024 bertepatan dengan peringatan gerakan Merdeka Belajar dari Kemendikbudristek.

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, P2G Soroti Kebijakan Pendidikan Era Nadiem Makarim

2 hari lalu

Hardiknas 2024, P2G Soroti Kebijakan Pendidikan Era Nadiem Makarim

Mulai dari evaluasi Merdeka Belajar 26 episode hingga menagih janji Prabowo-Gibran, ini desakan dari P2G dalam Hardiknas 2024.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

2 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Hari Pendidikan Nasional: Universitas Jember Cetak Mahasiswa Kedokteran IPK 4,00

2 hari lalu

Hari Pendidikan Nasional: Universitas Jember Cetak Mahasiswa Kedokteran IPK 4,00

Peringatan Hari Pendidikan Nasional di Universitas Jember, Kamis 2 Mei 2024, diwarnai dengan pencapaian satu mahasiswanya yang lulus nilai sempurna.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

2 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

2 hari lalu

Peringati Hari Pendidikan Nasional, Mahasiswa UGM Gelar Aksi Tuntut Tranparansi Biaya Pendidikan

Mahasiswa UGM menggelar aksi menuntut transparansi biaya pendidikan dan penetapan uang kuliah tunggal (UKT).

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

3 hari lalu

Hardiknas 2024, UGM Ingin Wujudkan Kampus Inklusif

Rektor UGM Ova Emilia mengatakan, UGM telah membangun ekosistem pendidikan yang inklusif, inovatif, strategis, berdaya saing, dan sinergis.

Baca Selengkapnya

Hari Pendidikan Nasional 2024, Ketum ICMI: Semoga Lahir Generasi Pembelajar Sejati

3 hari lalu

Hari Pendidikan Nasional 2024, Ketum ICMI: Semoga Lahir Generasi Pembelajar Sejati

Begini pesan Ketua Umum ICMI Arif Satria dalam peringatan Hari Pendidikan Nasional 2024.

Baca Selengkapnya

Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

3 hari lalu

Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei dan Tema Peringatan di 2024

Hari Pendidikan Nasional menjadi salah satu hari bersejarah yang juga bertepatan dengan hari ulang tahun bapak pendidikan Ki Hajar Dewantara.

Baca Selengkapnya