Kampung Putus Sekolah Kini Jadi Kelas Jauh SD Sukamulya 2

Senin, 14 Mei 2018 10:06 WIB

Warga Kampung Putus Sekolah di Desa Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, antusias saat kedatangan tim guru dari SD Sukamulya 2, Sabtu 12 Mei 2018. TEMPO/ADE RIDWAN

TEMPO.CO, Bogor - Kampung putus sekolah di Desa Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, sudah menjadi kelas jauh SD Sukamulya 2, Kabupaten Bogor.

“Ya kami sudah jadikan ini kelas jauh, sekitar 10 bulan ke belakang,” kata Kepala Sekolah SD Sukamulya 2, Hayati, Sabtu 12 Mei 2018.

Namun, kata Hayati, tenaga pengajar dari kelas jauh tersebut masih diambil dari warga sekitar yang terbiasa melakukan proses belajar mengajar.

“Memang sulitnya akses membuat kami tidak bisa setiap hari untuk datang kesini, makanya kami serahkan pada masyarakat sekitar,” kata Hayati.

Hayati mengatakan, meski masyarakat setempat tidak memiliki ijazah lulus SD, dia mempercayakan mereka untuk mengajar anak-anak setempat.

Advertising
Advertising

“Memang kondisinya seperti ini, sulit akses, jadi ya kami percayakan sama warga sekitar,” kata dia.

Baca: Remaja Putri Berusia 16 Tahun Gantung Diri, Putus Sekolah?

Untuk Kelas Jauh, Hayati mengatakan, anak usia 9 tahun masuk kategori kelas 1 SD, sedangkan 10 tahun ke atas mengambil paket A.

“Baru satu pengajar yang dijadikan guru disini, meski kita tau dia belum punya ijazah tapi memang kondisi seperti ini, yang penting anak bisa bersekolah,” katanya.

Puluhan warga Kampung Putus Sekolah di Desa Mulyasari, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor, antusias saat kedatangan tim guru dari SD Sukamulya 2, Sabtu 12 Mei 2018. TEMPO/ADE RIDWAN

Hayati berharap pemerintah dapat membantu mendukung proses pendidikan di kampung tersebut. Misalnya dengan melengkapi desa itu dengan sarana prasarana pendidikan, maupun akses jalan dan tenaga pendidik.

“Mudah mudahan proses belajar mengajar di sini bisa terus,” katanya.

Ketua RT05/01, Mulyasari, Sukamakmur, Muad menyebut kampung tersebut sebagai kampung putus sekolah. “Tidak ada satupun masyarakat disini yang punya ijazah sekolah, jadi ya wajar kami sebutnya kampung putus sekolah,” kata Muad.

Meski tak memiliki ijazah, lanjut Muad, penduduknya tetap bisa membaca, menulis dan berhitung. Hal itu karena mereka membuat sendiri madrasah yang digunakan untuk belajar agama.

“Di madrasah itu selain mereka belajar agama, juga belajar pelajaran sd sebisanya,” kata Muad.

Guru-guru madrasah pun merupakan warga sekitar yang paham agama. “Mereka belajar di bangunan yang kami buat seadanya dibantu dengan sumbangan pihak luar seperti mahasiswa atau yayasan,” kata Muad.

Di bangunan 4x12 meter tersebut, proses belajar mengajar dilakukan di Kampung Putus Sekolah. “Mereka sih belajar kemauannya tinggi, tapi nggak ada ijazah, karena belajarnya hanya seadanya,” lanjut Muad.

Berita terkait

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

12 jam lalu

Tiga Aspek Membangun Pendidikan Ala Marten Taha

Pembangunan sumber daya manusia menjadi prioritas Wali Kota Gorontalo Marten Taha. Program serba gratis sejak lahir hingga meninggal, dari sekolah sampai kesehatan.

Baca Selengkapnya

Alasan Gerindra Jajaki Koalisi dengan Golkar pada Pilkada 2024 di Kabupaten Bogor

2 hari lalu

Alasan Gerindra Jajaki Koalisi dengan Golkar pada Pilkada 2024 di Kabupaten Bogor

Dengan perolehan 12 kursi di Pileg, Gerindra bisa mengusung pasangan calon sendiri di Pilkada 2024 Kabupaten Bogor.

Baca Selengkapnya

Hardiknas 2024, JPPI Beberkan 8 Tantangan Program Merdeka Belajar

3 hari lalu

Hardiknas 2024, JPPI Beberkan 8 Tantangan Program Merdeka Belajar

Jaringan Pemantau Pendidikan Indonesia (JPPI) mendorong evaluasi program Merdeka Belajar dalam peringatan Hardiknas 2024.

Baca Selengkapnya

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

4 hari lalu

Perlunya Contoh Orang Tua dan Guru dalam Pendidikan Karakter Anak

Psikolog menyebut pendidikan karakter perlu contoh nyata dari orang tua dan guru kepada anak karena beguna dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Selengkapnya

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

4 hari lalu

Mayoritas Gaji Dosen di Bawah Rp 3 Juta, SPK: 76 Persen Terpaksa Kerja Sampingan

Hasil riset Serikat Pekerja Kampus: sebagian besar dosen terpaksa kerja sampingan karena gaji dosen masih banyak yang di bawah Rp 3 juta.

Baca Selengkapnya

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

4 hari lalu

Kisah Ki Hadjar Dewantara Sebelum Jadi Bapak Pendidikan: Wartawan Kritis Musuh Belanda

Sebelum memperjuangkan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara adalah wartawan kritis kepada pemerintah kolonial. Ia pun pernah menghajar orang Belanda.

Baca Selengkapnya

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

4 hari lalu

Makna Logo Pendidikan Tut Wuri Handayani, Ada Belencong Garuda

Makna mendalam dibalik logo pendidikan Indonesia, Tut Wuri Handayani

Baca Selengkapnya

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

5 hari lalu

KPK Sebut Dana BOS Paling Banyak Disalahgunakan dengan Modus Penggelembungan Biaya

Modus penyalahgunaan dana BOS terbanyak adalah penggelembungan biaya penggunaan dana, yang mencapai 31 persen.

Baca Selengkapnya

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

5 hari lalu

Politikus di Rusia Diguncang Silang Pendapat soal Isu Gay

Alexandr Khinstein menilai politikus yang bertugas di lembaga pendidikan atau anak-anak tak boleh penyuka sesama jenis atau gay.

Baca Selengkapnya

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

9 hari lalu

USAID Kerja Sama dengan Unhas, ITB dan Binus

Program USAID ini untuk mempertemukan pimpinan universitas, mitra industri, dan pejabat pemerintah

Baca Selengkapnya