Siswa Berprestasi Tersingkir PPDB, Ortu: Pak Jokowi Harus Tahu

Rabu, 3 Juli 2019 10:09 WIB

Suasana Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Kabupaten Tangerang di Curug. Sejumlah orang tua siswa protes karena anaknya tak bisa masuk sekolah tersebut. TEMPO/Ayu Cipta

TEMPO.CO, Tangerang - Sedikitnya ada 10 siswa yang tersingkir dari seleksi masuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 3 Kabupaten Tangerang, Curug.

Mereka adalah siswa berprestasi dari jalur nonakademik. Rata-rata adalah juara tingkat kabupaten dan provinsi di bidang seni dan olahraga. Bahkan ada yang juara tingkat internasional.

Baca: Dugaan Kecurangan PPDB, Ombudsman Panggil Kepala SMKN 1 Panongan

Diantara siswa yang tersingkir itu adalah Taura Dwi Rizki Ilhami, 15 tahun. Taura adalah peraih juara 1 karate tingkat provinsi yang merupakan anak laki-laki Baya Panggiulan Hatta, warga Kecamatan Panongan.

Hatta mengatakan rumahnya di Panongan jika diukur dengan sistem zonasi tidak menguntungkan karena tidak ada SMAN terdekat di kecamatan itu. "Jarak rumah kami ke sekolah terdekat 4 kilometer ke SMAN 3 Curug, beda kecamatan. Karena itu anak saya mengambil jalur bukan zonasi tetapi prestasi," kata dia kepada Tempo, Rabu, 3 Juli 2019. Di sekolah itu, jarak terjauh yang diterima sekitar 2,1 kilometer. Namun anaknya mental lantaran kuota prestasi hanya lima persen.

Advertising
Advertising

Menurut Hatta, sekolah tersebut belum menerapkan perubahan aturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan jalur prestasi 15 persen. "Yang mengecewakan adalah justru ada anak berprestasi namun domisili di Kota Tangerang dan DKI Jakarta artinya jika verivikasi teliti, itu tidak diterima karena zonasi lebih jauh ketimbang domisili kami ke sekolah itu," kata dia.

Sejumlah siswa dan orang tua murid mengantre saat seleksi Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) di SMAN 1 Jakarta, Jakarta, Senin, 24 Juni 2019. TEMPO/Muhammad Hidayat

Ini yang kemudian membuat ia dan sembilan orangtua lain pada Selasa, 1 Juli 2019 menyampaikan protes kepada panitia PPDB SMAN 3 Curug dengan mendatangi sekolah tersebut. "Kami menemukan ada dugaan praktek kecurangan dengan domisili siluman, dengan melampirkan data domisili sekitar sekolah," kata Hatta.

Kemungkinan itu terjadi saat dilihat dengan Google Map, ada penumpukan domisili. "Bisa mereka tinggal di satu tempat yang disewa mendadak," kata Hatta.

Adapula, kata Hatta, modus yang dipakai orangtua dengan menarik garis lurus ke sekolah dari peta. Caranya mengambil jarak terdekat ke sekolah. Menurut dia, jika verifikator di sekolah tidak teliti, zonasi anak- anak ini bisa lolos.

Orangtua lain yang turut protes kuota jalur prestasi adalah D. Susilawati, warga Pasar Kemis. Anaknya, Raden Muhammad Daffa merupakan alumni SMPN 1 Pasar Kemis yang berprestasi juara pertama dalam kejuaraan Taekwondo International Invitation Bandung dan Kapolri Cup. "Anak kami membawa nama baik Kabupaten Tangerang dikancah internasional tapi hasilnya nihil," ujarnya.

Baca: Dinas Pendidikan Banten Sebut Orang Tua Harus Maklumi Proses PPDB

Hatta pun tak mampu menjawab pertanyaan Taura yang tidak masuk dari jalur prestasi nonakademik. "Jadi ayah, yang saya raih ini artinya apa?" kata dia mengutip pertanyaan anaknya. Apalagi dari segi nilai, anaknya meraih hasil ujian nasional 320.

Pihak sekolah pun tidak ada yang menemui orangtua siswa yang berdatangan ke sekolah itu. Panitia PPDB inti tak bisa ditemui, apalagi kepala sekolah. Bahkan, orangtua yang kemudian mengadu ke Dinas Provinsi Banten di Serang menelan pil pahit. Mereka gagal bertemu Kepala Dinas Pendidikan. E Kosasih Samanhudi.

"Hari ini kami melapor ke Ombudsman, kami akan menuntut keadilan kalau perlu sampai ke meja hijau, dan lapor Presiden Jokowi," kata Hatta.

Tempo menghubungi Kepala SMAN 3 Kabupaten Tangerang Dedi Hidayat tetapi tidak aktif. Sementara itu, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Provinsi Banten Bambang P Sumo menyilakan orangtua melaporkan masalah itu ke lembaganya di Serang.

Para orangtua akan menuntut Dinas Pendidikan Provinsi Banten yang tidak mengakomodir 15 persen jalur prestasi dalam PPDB yang tidak diterapkan di sekolah tersebut. "Ini tidak adil dan merugikan," kata Hatta mewakili 9 orang orangtua lainnya."Pak Jokowi dan Pak Menteri harus tahu".

Berita terkait

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

1 jam lalu

Terpopuler: Ledakan Smelter PT KFI Ancam Keselamatan Warga, Pemerintah Klaim Pembebasan Lahan IKN Tidak Melanggar HAM

Terpopuler bisnis: Keselamatan warga sekitar terancam karena smelter PT KFI kerap meledak. Pemerintah klaim pembebasan lahan IKN tidak melanggar HAM.

Baca Selengkapnya

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

9 jam lalu

Luhut: World Water Forum Bali Akan Hasilkan 120 Proyek Senilai Rp 150 Triliun

Luhut mengungkap itu lewat pernyataannya bahwa World Water Forum di Bali harus menghasilkan, apa yang disebutnya, concrete deliverables.

Baca Selengkapnya

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

10 jam lalu

Khawatir Ada Titipan, Novel Baswedan Harap Unsur Masyarakat dalam Pansel KPK Diperbanyak

Novel Baswedan, mengomentari proses pemilihan panitia seleksi atau Pansel KPK.

Baca Selengkapnya

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

11 jam lalu

Dapat Penugasan dari Golkar, Musa Rajekshah Ambil Formulir Pendaftaran di PDIP untuk Pilgub Sumut

Partai Golkar Sumut optimistis PDIP akan mengusung Musa Rajekshah dalam Pilgub Sumut 2024.

Baca Selengkapnya

JPPI Sebut PPDB 2024 Jalur Zonasi Masih Berpotensi Ada Kecurangan

12 jam lalu

JPPI Sebut PPDB 2024 Jalur Zonasi Masih Berpotensi Ada Kecurangan

JPPI mengatakan, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2024 di DKI Jakarta jalur zonasi masih berpotensi mengalami kecurangan seperti tahun sebelumnya.

Baca Selengkapnya

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

12 jam lalu

Respons KSP Ihwal Jokowi Tunjuk Grace Natalie dan Juri Ardiantoro sebagai Staf Khusus Presiden

Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin belum mengetahui di bidang apa Grace Natalie dan Juri Ardiantoro akan ditugaskan.

Baca Selengkapnya

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

12 jam lalu

Rumah Dinas Menteri di IKN Bisa Ditambah Jika Prabowo Bentuk Kementerian Baru, Pengamat: Pemborosan Anggaran

Satgas Pelaksana Pembangunan Infrastruktur IKN menyebut rumah dinas menteri di IKN bisa ditambah jika presiden terpilih Prabowo Subianto membentuk kementerian baru. Pengamat menilai hal ini sebagai bentuk pemborosan anggaran.

Baca Selengkapnya

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

14 jam lalu

Kritik PDIP Tak Undang Jokowi ke Rakernas, Noel Kutip Puisi Soekarno

Noel mengutip puisi karya Presiden Pertama RI Soekarno, untuk mengkritik PDIP yang tidak mengundang Jokowi di Rakernas

Baca Selengkapnya

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

18 jam lalu

Terkini: Jokowi Sampai Pimpin Rapat Khusus Sebelum Revisi Permendag 36/2023 Terbit, Pabrik Smelter Nikel Meledak Lagi Kali Ini Milik PT KFI

Presiden Jokowi sampai memimpin rapat khusus sebelum diterbitkannya revisi ketiga Peraturan Menteri Perdagangan atau Permendag 36/2023.

Baca Selengkapnya

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

19 jam lalu

9 Mantan Komisioner KPK Kirim Surat ke Jokowi soal Kriteria Pansel KPK

Pemilihan Pansel KPK patut menjadi perhatian karena mereka bertugas mencari figur-figur komisioner dan Dewan Pengawas KPK mendatang.

Baca Selengkapnya