Nestapa Semanan, Kalideres: Banjir Rutin Hadir dan Surut Terlama
Reporter
M Yusuf Manurung
Editor
Dwi Arjanto
Selasa, 7 Januari 2020 17:42 WIB
TEMPO.CO, Jakarta -Ketika mengunjungi Kelurahan Semanan, Kalideres, Jakarta Barat, bersama anggota Dewan lain, Rani Mauliani mengatakan banjir di wilayah tersebut baru terjadi kembali setelah sekian tahun.
Dia dan sejumlah anggota DPRD DKI Jakarta lainnya di lintas fraksi mendatangi lokasi itu untuk memberikan bantuan korban banjir.
"Kita sudah lihat salah satu wilayah terdampak banjir yang mana biasanya tak pernah banjir sejak tujuh tahun lalu," ujar Rani yang menjabat sebagai Ketua Fraksi Gerindra di lokasi, Selasa, 7 Januari 2020.
Pernyataan Rani bertentangan dengan keterangan Gunawan, Ketua RT10/RW01 Kelurahan Semanan. Menurut dia, banjir rutin terjadi setiap tahun sejak 2006.
"Makanya bingung, setiap tahun baru selalu terjadi," kata Gunawan sambil memegang kardus mie instan hasil pemberian anggota Dewan.
Per hari ini atau enam hari pasca banjir, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat air yang belum surut hanya berada di Jakarta Barat. Salah satu yang tampak merupakan Semanan. Gunawan mengamini fenomena tersebut.
"Di tempat lain sudah kering, kita mah satu mingguan baru kering, memang begitu setiap tahun," kata dia.
Gunawan menjelaskan sejumlah faktor yang membuat banjir di daerahnya sulit beranjak. Salah satunya, ukuran gorong-gorong di Semanan disebut kecil. Pemerintah memang sudah menyediakan dua pompa air untuk mengalirkan air luapan Kali Semanan, tapi menurut Gunawan jumlahnya tidak cukup.
<!--more-->
"Cuma kalau hujan kendalanya itu, kebanyakan pompanya dibikin dari listrik. Kalau listriknya mati ya ga berfungsi," kata Gunawan.
Gunawan juga menyatakan bahwa tinggi jalan di daerahnya lebih tinggi dari rumah warga. Hampir setiap tahun kata dia, selama ada pengecoran jalan. Selain itu, RW01 di Kelurahan Semanan juga dikelilingi gedung yang memiliki tinggi muka tanah lebih dari rumah warga.
"Ini semacam mangkok, jadi kalau air sudah masuk itu, kalau enggak disedot, susah keluar," kata dia.
Pantauan Tempo di lokasi, air di wilayah Semanan memang belum sepenuhnya surut. Lahan-lahan kosong di lokasi tersebut masih terisi air layaknya kolam. Sejumlah rumah warga juga masih terendam.
Pada 1 Januari, banjir di wilayah itu disebut mencapai ketinggian 3 meter. Warga bernama Taska, 49 tahun menceritakan, air merendam permukiman dengan cepat. "Banjirnya itu bukan menit, ini detik. Jadi orang gak sempet menyelamatkan barang-barang," kata dia.
Taska mengatakan, selain lebih rendah dari bangunan di sekitarnya, rumah warga juga lebih rendah dari bantaran rel yang membentang di kawasan itu. Hujan yang turun ke rel, kata dia, juga otomatis mengalir ke pemukiman.
"Dari rel langsung kayak gelombang gitu," kata dia.
Taska mengklaim bahwa banjir awal tahun 2020 merupakan yang terbesar di wilayah Semanan. Bahkan melebihi dari banjir besar pada 2007 yang menggenang hampir seluruh wilayah DKI Jakarta. Tingginya air juga disebut menyusahkan orang untuk membantu.
"Akses jalan itu (tertutup), yang mau ngebantu yang mau apa? Engga bisa. Jadi terlambat makanan pun," kata dia.
Keterangan ihwal faktor-faktor penyebab banjir dan lamanya air surut di Semanan juga disampaikan oleh Ketua Fraksi Golkar, Basri Baco.
Menurut Basri, wilayah tersebut digenangi banjir lantaran terkepung oleh berbagai macam bangunan. Salah satunya adalah Rusun. "Tadinya di situ ada gorong-gorong besar untuk menyalurkan air dari sini ke kali besar. Ternyata setelah bangunan itu dibentuk gorong-gorong hanya dikasih kecil," kata dia.