Epidemiolog Kritik Sistem Rujukan Pasien Covid-19 di Jabodetabek Tidak Berjalan
Reporter
Lani Diana Wijaya
Editor
Endri Kurniawati
Sabtu, 23 Januari 2021 07:11 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Griffith University, Dicky Budiman, menilai sistem rujukan pasien Covid-19 di Jabodetabek tidak berjalan. Sebab, masyarakat masih harus proaktif mencari pengobatan ke berbagai tempat.
Seharusnya, penduduk itu hanya diberi arahan mengenai rumah sakit rujukan. “Bukan masyarakat mencari sana-sini, itu salah kalau begitu," kata dia saat dihubungi, Jumat, 22 Januari 2021.
Baca: Berpacu Penuhi Makam Jenazah Covid-19: DKI Ekspansi Lagi TPU Srengseng Sawah
Jika sistem berjalan, menurut dia, seharusnya masyarakat sudah mengetahui akses informasi yang dapat membantunya mendapatkan perawatan. Dengan begitu, pasien Covid-19 tidak terabaikan.
Dicky menganggap, Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu (SPGDT) sedang diuji bisa terhubung satu dengan lainnya, sehingga masyarakat tak kebingungan mencari rumah sakit rujukan Covid-19.
"Sistem berjalan jika masyarakat sudah tau ke mana dia mencari informasi.” Sistem itu yang memberitahu warga harus ke mana atau harus ada di mana dan jangan ke mana.
Rumah sakit rujukan Covid-19 di Jabodetabek terancam kolaps. LaporCovid-19 dan Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) sebelumnya mengeluarkan peringatan bahwa pelayanan kesehatan di Pulau Jawa kini dalam kondisi genting.
Akibatnya, nyawa pasien Covid-19 tidak tertolong. Contohnya, seorang pasien asal Depok meninggal setelah mencari pertolongan di 10 rumah sakit. Pasien itu meninggal di taksi daring. LaporCovid-19 menerima laporan ini dari keluarga pasien pada 3 Januari 2021.