Pengikut Anggap Pemimpin Khilafatul Muslimin seperti Khalifah Umar Bin Khattab

Reporter

Arrijal Rachman

Editor

Sunu Dyantoro

Rabu, 8 Juni 2022 05:28 WIB

Pimpinan Khilafatul Muslimin Abdul Qodir Hasan Baraja saat tiba di Polda Metro Jaya, Jakarta, Selasa 7 Juni 2022. ANTARA/Yogi Rachman

TEMPO.CO, Jakarta - Polda Metro Jaya menangkap pemimpin tertinggi kelompok Khilafatul Muslimin Abdul Qadir Hasan Baraja, di Lampung, Selasa, 7 Juni 2022. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Endra Zulpan mengatakan, Abdul Qadir ditangkap oleh penyidik Ditrektorat Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Metro Jaya. Di mata pengikutnya, perjalanan hidup Abdul Qadir Baraja dinilai memiliki kemiripan dengan Khalifah Umar Bin Khattab.

Penangkapan tersebut dilakukan setelah kepolisian menyelidiki aksi konvoi sekelompok pengendara motor yang menamakan diri sebagai Khilafathul Muslimin di kawasan Cawang, Jakarta Timur. Mereka mempromosikan khilafah ke warga masyarakat.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Dedi Prasetyo mengatakan Polda Metro Jaya melakukan penangkapan hingga Lampung berkaitan dengan sejumlah kejadian yang melibatkan kelompok tersebut di DKI Jakarta. Kelompok ini, kata dia, memang memiliki basis di Lampung. Abdul Qodir Baraja, kata dia, sedang berada di sana saat ditangkap dan saat ini sedang dalam proses untuk dibawa ke Polda Metro Jaya.

"Mereka (Khilafatul Muslimin) memiliki koneksi jaringan memang pusatnya di Lampung. Pelaku di Lampung sudah beberapa kali lakukan pelanggaran pidana terorisme, terakhir pelanggaran protokol kesehatan ketika PPKM diberlakukan," ujar Dedi.

Mantan Kapolda Kalimantan Tengah itu menyatakan beberapa pasal yang disangkakan terhadap Abdul Qodir dan kelompok Khilafatul Muslimin. Mereka disebut dijerat dengan Undang-Undang Organisasi Masyarakat, Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik perihal penyebaran berita bohong yang menimbulkan kegaduhan di masyarakat.

Advertising
Advertising

Selain wilayah Lampung, penindakan juga dilakukan di Polres Brebes, Jawa Tengah. Menurut Dedi, ada keterkaitan penegakan hukum di Lampung dan Polres Brebes, Jawa Tengah. "Keterkaitannya, Khilafatul Muslimin ini tidak hanya di Polda Metro Jaya, dan kemarin Polres Brebes sudah tetapkan beberapa tersangka, ini akan memiliki keterkaitan, akan dilakukan pendalaman lagi, untuk tersangka-tersangkanya," ungkap Dedi.

Polisi tuding upaya makar Khilafatul Muslimin

Sebelumnya Polda Jawa Tengah menangkap 3 pimpinan cabang Khilafatul Muslimin. Mereka ditangkap terkait dengan aksi konvoi dan penyebaran selebaran yang mengajak masyarakat untuk membentuk khilafah. Polda Jawa Tengah menilai hal itu sebagai bentuk upaya makar.

Badan Nasional Pemberantasan Terorisme menyatakan kelompok ini memiliki visi dan ideologi yang sama dengan HTI, kelompok yang telah dinyatakan terlarang oleh pemerintah. Bedanya, kelompok HTI yang sudah tersebar luas di berbagai negara masih berjuang untuk mendirikan sistem khilafah sementara Khilafatul Muslimin mengklaim sudah mendirikannya dengan menunjuk Abdul Qodir Baraja sebagai khalifah.

Densus 88 menyebut Abdul Qodir Baraja pernah ditangkap karena dugaan terlibat aksi terorisme. Dia disebut pernah bergabung dengan kelompok Negara Islam Indonesia (NII). Amir Wilayah Jamaah Khilafatul Muslimin Bekasi Raya, Abu Salma, sempat membantah tudingan soal kelompoknya berupaya melakukan makar. Dia juga menyatakan konvoi tersebut merupakan agenda rutin yang dilakukan kelompoknya setiap 4 bulan sekali dan sudah diketahui oleh aparat kepolisian.

Dinilai mirip dengan perjalanan hidup Khalifah Umar Bin Khattab

Amir Wilayah Jamaah Khilafatul Muslimin Bekasi Raya, Abu Salma, menjawab keterangan Densus 88 Anti Teror Polri yang menyatakan pimpinannya, Abdul Qadir Baraja, pernah ditangkap karena kegiatan terorisme. Abu Salma mengatakan, pimpinannya yang ia sebut khalifah, keterlibatan Abdul Qodir Baraja dalam kegiatan terorisme sebagai hal yang wajar. Ia menggambarkan hal itu mirip dengan perjalanan hidup Khalifah Umar bin Khattab yang pernah tersandung masa lalu yang kelam dengan membunuh anak sendiri.

Kisah pembunuhan anak sendiri oleh Khalifah Umar ini menjadi pengetahuan umum di kalangan umat Islam. Narasi yang mencuat di berbagai tulisan menyebutkan, Umar membunuh anak perempuan pada masa zaman Jahiliyah atau sebelum datangnya Islam. Pembunuhan ini dilakukan dengan cara mengubur anaknya hidup-hidup. Namun, sebagian orang menyatakan kisah ini masih menjadi perdebatan.

"Adapun sejarah masa lalu ketika dibicarakan khalifah berasal dari mana. pernah dipenjara, dan sebagainya itu adalah hal yang wajar. Dulu Umar bin Khattab pembunuh, membunuh anaknya, dan sebagainya. Tapi, atas dasar hidayah Allah-lah yang menjadikannya ada perubahan," kata dia melalui keterangan video, Jumat, 3 Juni 2022.

Abu Salma menyatakan, apa yang dilakukan Abdul Qadir Baraja pada masa lalu sudah tidak dibawa-bawa saat ia kini lebih memahami konsep khilafah yang tak harus mengkafirkan orang. Menurut dia, sistem khilafah kini seharusnya lebih dipahami sebagai upaya untuk membina umat Islam dari sisi ibadahnya.

"Ini satu perubahan yang dulu pergerakannya mungkin underground, keras, menentang dan sebagainya, sampai ada istilah takfiri, mengkafir-kafirkan orang, kan sekarang sudah berubah. Bahwasannya ajaran ini tidak benar. Islam ini adalah agama yang rahmatan lil alamin," ucap Abu Salma.

Khilafatul Muslimin terlibat Jamaah Islamiyah dan JAD

Dia menambahkan Khilafatul Muslimin atau pimpinannya juga permah terlibat dalam Jamaah Islamiyah (JI) ataupun Jamaah Ansharut Daulah (JAD), maka hal itu adalah hal yang lumrah. Sebab, Abu Salma berpendapat, Khilafatul Muslimin dibentuk supaya para anggota dua kelompok itu tak lagi mengulangi tindakan masa lalunya.

Di samping itu, Abu Salma melanjutkan, Khilafatul Muslimin tidak memasang bendera merah putih di tempat-tempat yang berada di bawah naungannya, bukan berarti bermaksud membenci negara. Ini, katanya, sebatas upaya menjaga kemurnian ibadah.

"Khilafah ini murni ingin beribadah sehingga tidak tercampuri politik. Adapun aparat ingin pasang bendera, foto-foto, atau yang lainnya di kantor-kantor ya silakan. Kami tidak melarang, tapi kami hanya ingin murni dalam ibadah, tidak dicampuri dengan politik sehingga khilafah ini murni lillahi taala," ucapnya.

Dari sisi adanya struktur organisasi yang berpedoman pada AD/ART, Abu Salma mengatakan, sebatas bentuk mengamalkan ajaran yang tertuang dalam Al-Quran dan Hadis. Dia berpendapat, hal lini terjadi karena tidak mudah membina masyarakat tanpa adanya struktur organisasi.

"Walaupun berat rasanya, kami amalkan. Sebagaimana hari ini, khilafah di-bully, dianggap tidak layak. Tapi, karena ini ketetapan Allah maka kami perjuangkan walaupun pahit, walaupun belum mampu, atau belum bisa diterima masyarakat pada umumnya," ujar Abu Salma.

Baca juga: Khilafatul Muslimin Sebut Pancasila dan UUD 1945 Tak Bertahan Lama

Berita terkait

Polda Metro Jaya Tembak Mati 1 Pelaku Begal terhadap Calon Siswa Bintara Polri

1 jam lalu

Polda Metro Jaya Tembak Mati 1 Pelaku Begal terhadap Calon Siswa Bintara Polri

5 orang mencoba begal calon siswa bintara Polri di Kebun Jeruk, Jakarta Barat. Para begal itu asal Pandeglang, Banten.

Baca Selengkapnya

Kronologi Calon Siswa Bintara Polri Jadi Korban Begal Saat Berangkat ke Lokasi Tes

5 jam lalu

Kronologi Calon Siswa Bintara Polri Jadi Korban Begal Saat Berangkat ke Lokasi Tes

Seorang calon siswa Bintara Polri berusia 18 tahun menjadi korban begal saat berangkat ke lokasi tes. Polisi bergerak cepat menangkap para begal.

Baca Selengkapnya

Tim Jatanras Polda Metro Tindak Tegas Satu Begal Terhadap Calon Siswa Bintara Polri, Ditembak Hingga Mati

5 jam lalu

Tim Jatanras Polda Metro Tindak Tegas Satu Begal Terhadap Calon Siswa Bintara Polri, Ditembak Hingga Mati

Tim Jatanras Polda Metro Jaya mengambil tindakan tegas terhadap satu begal yang melawan saat hendak ditangkap.

Baca Selengkapnya

5 Begal Motor Calon Siswa Bintara Polri Ditangkap, Satu Orang Ditembak Mati Karena Melawan Petugas

6 jam lalu

5 Begal Motor Calon Siswa Bintara Polri Ditangkap, Satu Orang Ditembak Mati Karena Melawan Petugas

Lima begal merampas motor milik calon siswa bintara Polri. Salah satu pelaku melawan saat hendak ditangkap polisi.

Baca Selengkapnya

Pejabat Kementerian Perhubungan Dilaporkan Istrinya karena Injak Alquran

1 hari lalu

Pejabat Kementerian Perhubungan Dilaporkan Istrinya karena Injak Alquran

Seorang pejabat Kementerian Perhubungan diduga melakukan penistaan agama karena mengInjak Alquran saat bersumpah tidak selingkuh

Baca Selengkapnya

Skenario Palsu 2 Pelaku Sembunyikan Fakta Pembunuhan Mayat dalam Sarung Biru

2 hari lalu

Skenario Palsu 2 Pelaku Sembunyikan Fakta Pembunuhan Mayat dalam Sarung Biru

2 tersangka pembunuhan berencana, AH dan N, membuat skenario palsu dalam kasus pembunuhan AH, pemilik warung Madura.

Baca Selengkapnya

Kronologi Pembunuhan Berencana Mayat dalam Sarung di Pamulang

2 hari lalu

Kronologi Pembunuhan Berencana Mayat dalam Sarung di Pamulang

Pelaku pembunuhan berencana menghabisi sepupunya dengan alasan sakit hati karena diperlakuan tak baik.

Baca Selengkapnya

Polisi Bekuk Dua Pelaku Pembunuhan Mayat di Pamulang, Rekan Kerja di Warung Madura

4 hari lalu

Polisi Bekuk Dua Pelaku Pembunuhan Mayat di Pamulang, Rekan Kerja di Warung Madura

Penanganan kasus pembunuhan pria yang jasadnya ditemukan terbungkus kain di dekat kebun ini akan ditangani Polda Metro Jaya.

Baca Selengkapnya

Kepala Bea Cukai Purwakarta Sebut Ada Pemutarbalikan Fakta di Balik Pelaporan Dirinya ke KPK

6 hari lalu

Kepala Bea Cukai Purwakarta Sebut Ada Pemutarbalikan Fakta di Balik Pelaporan Dirinya ke KPK

Kepala Bea Cukai Purwakarta Rahmady Effendy menyatakan istrinya telah melaporkan Wijanto ke Polda Metro Jaya atas dugaan TPPU.

Baca Selengkapnya

Sejumlah Kasus Pembunuhan Hebohkan Publik, Terakhir Kasus Mayat dalam Koper

7 hari lalu

Sejumlah Kasus Pembunuhan Hebohkan Publik, Terakhir Kasus Mayat dalam Koper

Penduduk Cikarang Barat, Bekasi, Jawa Barat, menjadi gaduh setelah ditemukannya mayat dalam koper pada 25 April lalu. Ini kasus pembunuhan lain.

Baca Selengkapnya