Alasan Jakarta Masih Banjir Meski Sudah Dilakukan Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca, Ini Kata BRIN
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Clara Maria Tjandra Dewi H.
Kamis, 11 Januari 2024 11:48 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Perekayasa Madya Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Jon Arifian menjelaskan alasan banjir masih terjadi di Jabodetabek meski operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sudah digelar sejak 3 Januari lalu.
"Yang terjadi seminggu hingga dua minggu ke belakang, tanah sudah mulai jenuh," kata Jon saat ditemui Tempo di Pangkalan Udara Pondok Cabe, Rabu, 10 Januari 2024.
Tanah sudah jenuh apabila partikel dalam tanah sudah penuh air. Akibatnya, tanah tidak lagi mampu menyerap air sehingga air hujan akan langsung melintasi permukaan tanah tersebut.
Perekayasa madya BRIN itu juga mengatakan operasi TMC hanya menyasar awan cumulus congestus--awan yang berpotensi membawa hujan--di wilayah laut agar tidak mencapai daratan. Namun awan cumulonimbus atau awan hujan, masih dapat terbentuk di wilayah daratan sehingga hujan yang menyebabkan banjir tetap bisa terjadi.
Faktor penyebab Jakarta banjir adalah kontur antarprovinsi. Banjir kiriman dari wilayah Jawa Barat yang menuju Jabodetabek kerap mendatangkan bencana baru.
"Mungkin Jakarta enggak hujan, tapi yang hujan lebat di Bogor. Airnya dikirim dari Bogor ke Jakarta," ujarnya.
Jon juga menyinggung aliran air di sungai dan kanal yang kerap bermasalah. Sampah yang menyumbat aliran air sehingga sungai meluap dan menyebabkan banjir.
"Biasanya, pada saat tidak terjadi banjir, orang buang sampah sembarangan hingga kapasitas saluran pembuangannya jadi menurun," ucapnya.
Pada puncak musim hujan di Januari 2024 ini, BNPB bekerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta BRIN menggelar Operasi Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) sejak 3 sampai 10 Januari. Pemantauan dilakukan secara terpusat di Pangkalan Udara Pondok Cabe.
Operasi TMC untuk mengurangi potensi banjir akibat curah hujan tinggi ini dilakukan dengan menaburkan satu ton garam di awan cumulus congestus, yakni awan yang menjulang tinggi dan berpotensi membawa hujan. Garam itu nantinya dibawa oleh pesawat menuju titik-titik yang telah ditargetkan untuk mencegat awan hujan.
Pilihan Editor: Top 3 Metro: Flyover Cisauk Wujudkan Mimpi Cisauk Bebas Macet, Warga Tangerang Geruduk Kantor Debt Collector karena Motor Ditarik