Cerita dari Atas Awan: Melihat Proses Modifikasi Cuaca untuk Cegah Jabodetabek Banjir
Reporter
Savero Aristia Wienanto
Editor
Ahmad Faiz Ibnu Sani
Kamis, 11 Januari 2024 18:48 WIB
TEMPO.CO, Tangerang - Dua petugas, Algris dan Rivai, membuka katup lambung pesawat Cessna 208B Grand Caravan di atas ketinggian 10 ribu kaki pada Rabu, 10 Januari 2024. Dua personel tim operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) itu menabur garam dapur lewat sebuah corong raksasa.
Penyemaian tak hanya dilakukan di satu titik. Dari lambung pesawat yang terselimut plastik guna mencegah korosi, Algris dan Rivai mengatur penggunaan Natrium Klorida (NaCl). Puluhan karung garam dapur ini akan disebar secara merata di sejumlah titik yang telah ditentukan.
Beberapa saat sebelumnya, radar pesawat tampak berwarna kuning. Dari jendela terlihat awan yang bertumpuk-tumpuk. Kapten Kristoforus Kresna Sejati dan Kopilot Muhammad Royyan Almadani mengarahkan burung besinya untuk mendekati awan tersebut.
Dua flight scientist, Eleven Saputra dan Roland Abdi Negara, yang duduk di belakang mereka bersama Tempo, menyimpulkannya sebagai awan cumulus congestus-calon awan hujan.
Siang itu, pesawat terbang menuju laut barat daya Ujung Kulon, Banten. Dari sana, awan cumulus congestus diramalkan membawa hujan ke wilayah daratan Banten-DKI Jakarta-Jawa Barat.
Operasi TMC ini dipantau dari posko yang tak jauh dari apron dan hangar Pangkalan Udara Pondok Cabe, Tangerang Selatan. Di markas pengendalian itu, sejumlah perwakilan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) hadir untuk menentukan kapan operasi TMC akan digelar.
Lewat rapat rutin, lembaga-lembaga itu menentukan titik awan mana saja yang akan disemai. Begitu sudah diputuskan sasaran penyemaian, Smartaviation selaku perusahaan penerbangan rekanan segera mengirim tim operasi TMC ke titik yang telah ditentukan.
BNPB mengklaim operasi TMC dapat mengurangi potensi bencana hidrometeorologi, khususnya banjir, di Jabodetabek. Operasi TMC dilakukan pada 3-10 Januari 2024.
"Mengingat kondisi wilayah Indonesia, khususnya Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Banten, yang sudah memasuki musim penghujan," kata Analis Bencana BNPB Eka Saputra.
Eka menjelaskan dalam sehari bisa ada 2 hingga 4 sortie penerbangan dalam operasi TMC itu, sejak pagi hingga sore. Targetnya, sambung Eka, ialah wilayah utara dan selatan provinsi Jawa Barat-DKI Jakarta-Banten.
Koordinator Lapangan TMC, Hilmi Rafiiq, mengatakan penyemaian garam difokuskan pada wilayah laut. Dalam sekali penerbangan, Hilmi menyebut timnya membawa 50 karung garam dengan berat total satu ton.
"Jika ada awan yang nantinya akan masuk ke wilayah darat, akan kami buat hujan terlebih dahulu. Jadi, kami cut awan-awan yang akan menambah curah hujan di wilayah dataran," ucap Hilmi.
Hilmi menjelaskan awan cumulus congestus merupakan target sasaran dari garam yang akan ditaburkan itu. Usai disemai dengan garam, calon awan hujan itu nantinya akan turun menjadi air dan jatuh di laut sebelum mencapai daratan.
Setelah tak ada lagi awan yang menjadi target penyemaian sekaligus pasokan garam yang habis, pesawat mulai kembali ke pangkalan pukul 12.19. Sementara itu, Eleven selaku flight scientist masih melakukan pencatatan hasil operasi TMC sebelum pesawat kembali mendarat pada pukul 12.50.
Pilihan Editor: Cegah Banjir di Jakarta, BNPB Datangkan Pesawat dari Papua untuk Operasi Tebar Garam