TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya berjanji pekan ini tiada lagi bentrokan antar-anggota organisasi massa. Kepastian itu disampaikan setelah mereka mengadakan pertemuan dengan beberapa ormas di markas Polda Metro Jaya.
\"Kami minta mereka sampaikan hingga jajaran bawah, jangan sampai hanya damai di level atas, tapi yang bawah terus bersengketa,\" kata juru bicara Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, saat ditemui di kantor Humas Polri, Senin, 2 Juli 2012.
Rikwanto menyatakan polisi sudah meminta para pengurus ormas untuk menjaga keamanan di Jakarta supaya tetap kondusif. \"Minggu-minggu ini kita minta tidak ada lagi bentrok di lapangan,\" kata dia.
Pertemuan ini adalah langkah yang diambil setelah terjadi bentrokan berdarah antara anggota Forum Betawi Rempug (FBR) dan Pemuda Pancasila (PP). Para tersangka diduga menyerang gardu FBR di Pondok Aren, Tangerang. Polisi masih memburu sembilan anggota PP yang buron.
Polisi sudah menangkap dan menahan lima anggota PP lain yang diduga sebagai pelaku pembacokan dan pemukulan dengan senjata tajam atau tangan kosong. Lima orang yang sudah ditahan adalah Mulyadi alias Mul, umur 30 tahun, Ari Junianzah alias Ari (19) ,Abdul Kohar alias Aku (30), Abdulloh alias Aap (30), dan Yandi Margucan alias Sucan (19). Kelima tersangka ini berasal dari kelompok Pemuda Pancasila.
\"Kami temukan ada kartunya dari anggota PP,\" kata Rikwanto.
Pengeroyokan itu menewaskan Muhidin, Ketua Forum Betawi Rempug, yang terjadi di Jalan Ruko Sabar Garuda Asri, Pondok Aren, Tangerang Selatan. Massa diperkirakan berjumlah 50 orang tak dikenal. Mereka mengendarai sepeda motor kala mendatangi posko organisasi massa tersebut.
Di posko, sekitar sepuluh anggota FBR sedang berkumpul. Massa tiba-tiba menyerang. Anggota FBR itu menyelamatkan diri. Muhidin bertahan dan melawan. Lantaran tak seimbang, ia tewas dengan luka bacok di sekujur tubuh.