TEMPO.CO , Jakarta: Tawuran yang melibatkan pelajar Sekolah Menengah Atas Negeri 70 dan SMAN 6 sudah sering terjadi. Menurut Kepala SMAN 70 Saksono Liliek Susanto, perseteruan di antara kedua kelompok itu sudah muncul sejak 1980-an. Pemicunya bisa bermacam-macam. Masalah sepele saja sudah cukup membuat mereka saling serang.
“Namanya anak muda, kadang mereka terpicu karena saling ejek di Facebook atau Twitter,” kata Saksono.
Saksono berharap peristiwa Senin lalu menjadi pertikaian terakhir di antara dua kelompok pelajar itu. Apalagi sudah ada korban yang meninggal. Karena itu, dia berjanji akan membantu polisi menuntaskan kasus ini. “Kami sudah menyerahkan 10 nama siswa yang diduga terlibat dalam tawuran kemarin,” katanya.
Senin lalu, puluhan siswa SMAN 70 menyerang sejumlah pelajar SMAN 6 di kawasan Bulungan, Jakarta Selatan. Alawi Yusianto Putra, siswa kelas X SMAN 6, tewas dalam kejadian itu. Sedangkan dua temannya menderita luka-luka.
Farouq El-Hassan, 15 tahun, korban luka, mengatakan mereka diserang tiba-tiba oleh pelajar SMAN 70. "Kami baru pulang sekolah,” katanya. Farouq berusaha menghindar, namun dikejar oleh para penyerang. "Waktu lari, saya disabet celurit. Saya tangkis, dan jari telunjuk kiri saya kena celurit.”
Pada saat bersamaan, kata Farouq, dia melihat Alawi juga tengah diburu penyerang. Alawi gagal menyelamatkan diri. Dia terkapar setelah dadanya kena sabetan celurit. “Saya inget mukanya (penyerang),” kata Farouq.
Beberapa sumber Tempo menyebutkan, pelaku pembacokan itu diduga bernama Fitrah Rahmadani. “Dia anak (SMAN) 70,” kata sumber Tempo lagi.
Tempo belum berhasil meminta konfirmasi dari Fitrah. Kepala SMAN 70 Saksono membenarkan ada siswanya yang bernama Fitrah Rahmadani. “Dia pernah tidak naik kelas,” katanya.
Senin lalu, Fitrah membolos pada jam pelajaran terakhir. Dia meninggalkan sekolah tanpa izin guru. Nama Fitrah termasuk dalam daftar 10 nama siswa yang diserahkan ke polisi.
Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Rikwanto, mengatakan polisi belum menetapkan seorang pun sebagai tersangka dalam kasus kejadian yang menewaskan Alawi itu. Sepuluh pelajar SMAN 70 yang diduga sebagai pelaku penyerangan juga belum diperiksa. "Dugaan sementara, pelaku yang menusuk korban berinisial FR alias Doyok," kata Rikwanto.
Menurut Kapolres Jakarta Selatan Komisaris Besar Wahyu Hadiningrat, penyidik saat ini masih berkonsentrasi untuk mengumpulkan keterangan dari saksi-saksi. “Baru lima saksi kami periksa,” katanya. Sedangkan barang bukti yang disita berupa celurit, batu, dan baju Alawi yang berlumuran darah.
Wahyu menambahkan, untuk mencegah tawuran, polisi akan mengaktifkan kembali posko terpadu di kawasan Bulungan. Posko ini nantinya melibatkan guru dan komite dari kedua sekolah itu.
Saksono menduga, siswa-siswa yang terlibat tawuran itu mendapat pengaruh buruk dari bekas murid SMAN 70. “Saya sebut mereka alumni jelek, karena mereka pernah bersekolah di sini tetapi dikeluarkan akibat tawuran,” katanya. “Mereka kadang memprovokasi siswa.”
Guru-guru sulit untuk mengontrol pergaulan siswa dengan alumni jelek tersebut. Sebab, mereka bertemu di luar lingkungan sekolah.
MITRA TARIGAN | AFRILIA SURYANIS | ADITYA BUDIMAN | SUSENO
Berita Terkait:
Fauzi Bowo: Selesaikan Kasus SMA 70 Sampai Tuntas
Posko Antitawuran di Dekat SMA 70 Tak Berfungsi
KPAI: Tawuran Menampar Dunia Pendidikan
Cegah Tawuran, Jakarta Barat Tingkatkan Patroli
Sebelum Meninggal, Alawy Tak Sempat Cium Sang Ibu