Pedagang Kaki Lima melakukan aksi unjuk rasa di Jalan KH Mas Mansyur, Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, (15/7). Mereka menolak atas penertiban PKL oleh Pemda DKI Jakarta yang dianggap telah membuat kemacetan dikawasan tersebut. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
TEMPO.CO, Jakarta--Penertiban lalu lintas di Tanah Abang, Jakarta Pusat disebut tak tepat waktu. Momen penertiban disebut tak sesuai karena bertepatan dengan bulan Ramadan.
"Timing-nya nggak pas karena bulan puasa," ujar pengamatan perkotaan Yayat Supriatna saat dihubungi, Rabu, 24 Juli 2013. Ia menyatakan saat bulan Ramadan, lapak kaki lima di Pasar Abang tak hanya dihuni oleh pedagang rutin, namun juga pedagang musiman.
Sebabnya kaki lima punya peran penting dalam kemacetan lalu lintas tersebut. Hingga pekan lalu, ruas beberapa jalan di wilayah Tanah Abang, Jakarta Pusat hampir tak bisa dilalui kendaraan bermotor karena lapak kaki lima begitu menjamur. Pemerintah bersikap tegas dan meminta mereka untuk tak lagi berjualan di ruas jalan. Mereka akan direlokasi ke Blok G Pasar Tanah Abang.
"Implikasi kemacetan Tanah Abang jauh lebih besar dibanding Pasar Minggu dan Jatinegara," ujar Yayat ketika ditanya alasan mengapa pemerintah terkesan terburu-buru dengan rencana ini. "Letaknya dekat pusat kota, jadi kalau tersendat di sana, macet ke mana-mana," ujar ia.
Namun Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo telah memberi jalan tengah. Di sejumlah ruas, pedagang masih diberi toleransi berjualan di jalan hingga Lebaran nanti. "Tapi jangan sampai mengganggu lalu lintas," ujarnya.