Demam Berdarah Renggut Nyawa 2 Kakak-Adik

Reporter

Editor

Minggu, 6 Februari 2005 19:30 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta:Demam berdarah dengue (DBD) telah merenggut hidup 2 putra pasangan Ignatius Iwan Dwiyanto-Eva Astutiyanti, warga Jl Malaka 4, Perumnas Klender, Jakarta Timur. Putra sulungnya, Marcelius Praditya Audrio (8 tahun) dan Aloysius Dewangga Audrian (2 tahun), meninggal pada hari Kamis (3/2) dan Jumat (4/2) masing-masing di RS MH Thamrin dan RS Yadika. Menurut Iwan, putra sulungnya, Rio, telah mengalami demam dan panas badan mulai hari Senin (31/1) yang lalu dibawa ke RS Yadika, Pondok Bambu, Jakarta Timur. Tetapi hasil pemeriksaan darah menunjukkan trombosit dalam keadaan normal sehingga didiagnosa hanya mengalami radang tenggorokan. Rio pun dibawa pulang kembali. Tidak diduga, Rian, putra bungsu Iwan juga mengalami panas badan pada hari Rabu (2/2). Kali ini hasil periksa darah menunjukkan positif gejala DBD. Kamis sore, Rio juga akhirnya dirawat juga di RS Yadika. Setelah berjuang 5 jam, Rio akhirnya menghembuskan nafasnya. "Rio meninggal Kamis malam jam 8," ujarnya. Tidak puas dengan layanan rumah sakit, Iwan pun memindahkan perawatan putra bungsunya yang ketika itu masih hidup ke RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta Pusat. Rian tidak lama disana. Ventilator, alat bantu pernapasan yang dimiliki RS Cipto, ternyata hanya 10 buah dan semuanya digunakan. Rian-pun sekali lagi harus pindah ke RS Muhammad Husni Thamrin, Jakarta Pusat. Walaupun kali ini Rian mendapat perawatan yang baik, tetapi terlambat sudah. "Rian meninggal hari Jumat jam 1 siang," katanya lirih. Meninggalnya kedua putra Iwan ini menambah panjang daftar korban meninggal akibat wabah DBD. Sampai hari Minggu ini, data yang diterima Dinas Kesehatan DKI menunjukkan sudah 10 orang tewas dan 1407 lainnya masih dirawat di berbagai rumah sakit di Jakarta akibat serangan nyamuk /Aedes Aegepty/. Korban terakhir adalah seorang anak bernama Dede Nurjanah, 8 tahun, warga Kampung Pisangan Lama, Kelurahan Pisangan Timur, Jakarta Timur. "Korban meninggal di RS Carolus," ujar Kepala Pengawasan Wabah DBD Dinkes DKI, Paripurna kepada Tempo. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta sendiri sudah menetapkan 84 kelurahan di Jakarta sebagai 'daerah merah' atau daerah endemis BDB. Pemprov menetapkan seluruh pasien Demam Berdarah Dengue (DBD) berhak memperoleh pengobatan gratis di rumah sakit milik pemerintah pusat, pemerintah daerah dan TNI/Polri. "Mereka dapat langsung datang dan tidak perlu membayar apapun," ujar Kepala Hubungan Masyarakat Dinas Kesehatan DKI, Evi Zelvino. Menurut Evi, hal ini dilakukan agar pasien yang terkena DBD dapat segera memeriksakan diri dan memperoleh perawatan. Selama ini banyak masyarakat yang menunda memeriksakan diri ke dokter karena pertimbangan biaya. "Dengan ini mudah-mudahan dapat menekan jatuhnya korban meninggal," katanya. Prosedurnya, pasien yang terjangkit DBD dapat langsung datang ke rumah sakit pemerintah dan TNI/Polri dan nantinya akan memperoleh pengobatan termasuk fasilitas rawat inap gratis. Untuk rawat inap, pasien hanya memperoleh fasilitas kelas 3. Adapun untuk rumah sakit swasta, menurut Evi, pasien yang berhak memperoleh pengobatan gratis adalah mereka yang memililiki kartu Jaring Pengaman Kesehatan Keluarga Miskin (JPK Gakin). "Meraka tinggal menunjukkan kartunya. Nanti pihak rumah sakit akan menagih ke kita," katanya. Adapun bagi mereka yang tidak memiliki kartu Gakin, dianjurkan untuk berobat ke rumah sakit pemerintah.Dari pemantauan Tempo, sebagian besar Rumah Sakit (RS) di Jakarta sudah memberlakukan pengobatan gratis bagi penderita demam berdarah dengue (DBD). "Tapi tetap saja ada yang nggak mau dirawat, walau gratis," kata Yatini, humas RS Persahabatan Jakarta Timur ketika dihubungi Tempo lewat telepon, Minggu (6/2).Ia mengaku pengobatan gratis itu sudah berlangsung satu minggu, terdiri dari biaya perawatan, obat, laboratorium, pendaftaran dan biaya pemasangan infus. "Pokoknya sekarang semua gratis," tambahnya. Yatini juga mengatakan sejak bulan Januari korban DBD di RS Persahabatan terus bertambah setiap harinya. "Biasanya per hari hanya ada 10 pasien, tapi sekarang bisa 20-25 pasien per hari". Hari ini saja ada 12 pasien yang 5 diantaranya harus di rawat inap. Namun, kata Tini, tidak semua pasien DBD harus dirawat inap. "Kalau ada pasien DBD datang kami observasi, diinfus selama 4 jam. Kalau trombositnya naik, boleh pulang," katanya. Walau begitu pasien tersebut masih tetap berada dalam pengawasan RS. RS lain yang juga telah memberlakukan pengobatan gratis semenjak 1 Februari adalah RSU Budi Asih Jakarta Timur, dimana korban DBD tercatat ada 28 orang. amal ihsan/nofi triana

Berita terkait

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

3 jam lalu

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

KRIS merupakan sistem baru dalam mengatur rawat inap yang melayani pengguna BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

2 hari lalu

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

Pemerintah mewacanakan penghapusan sistem kelas BPJS Kesehatan dan menggantikannya dengan sistem KRIS sejak tahun lalu

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

6 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

8 hari lalu

3 Fakta Pasien Demam Berdarah di RSUD Chasbullah Bekasi yang Viral di Media Sosial

Beredar video mengenai lonjakan kasus Demam Berdarah di Bekasi yang terdampar di ruang IGD RSUD Chasbullah Abdulmadjid, Kota Bekasi

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

10 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

10 hari lalu

Pencegahan DBD Masih yang Paling Efektif untuk Mengatasinya

Mencegah lebih baik daripada mengobati, begitu juga dengan DBD. Berikut penjelasan Kemenkes.

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

15 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

17 hari lalu

5 Negara Asia Tenggara Dilanda Gelombang Panas, Indonesia Diserang DBD

Negara-negara Asia Tenggara tengah berjuang melawan gelombang panas yang mematikan tahun ini.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

17 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

20 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya