1.632 Balita di Yogyakarta Kurang Gizi

Reporter

Editor

Jumat, 27 Mei 2005 19:25 WIB

TEMPO Interaktif, Yogyakarta:Sedikitnya 1.632 balita di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mengalami penyakit kekurangan gizi Yogyakarta. "Itu hanya sekitar tiga persen balita yang berada di bawah garis merah. Sebagian besar meraka berada di daerah pesisir terutama di Kabupaten Gunungkidul,"kata Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DIY, dr Bondan Agus Suryanto, saat mendampingi Menkes dr Siti Fadilah Supari di Yogyakarta, Jumat (27/5).Menurut Bondan, penyebab kekurangan gizi yang dialami ribuan balita di DIY adalah faktor ketahanan pangan pada keluarga balita tersebut yang sangat kurang. Sehingga, asupan gizi yang diberikan kepada bayi tersebut juga sangat minim. "Kondisi sekarang, sebenarnya sudah cukup bagus. Pada tahun 1997 hingga 1998, saat krisis dulu, di DIY sempat ada penderita busung lapar,"kata Bondan.Menurut Kepala Bidang Kesehatan Keluarga Dinas Kesehatan DIY, dokter Nanis Budiningsih, sebenarnya di semua kabupaten/kota di DIY terdapat bayi yang menderita kekurangan gizi. Di Gunungkidul, bayi yang kekurangan gizi sebanyak 1,63 persen dari total bayi yang ada. Di Kabupaten Kulonprogo, lanjut dia, bayi yang mengalami kondisi gizi buruk sebesar 1,39 persen.Masalah kekurangan gizi yang dialami balita di DIY tidak hanya disebabkan karena kurang makanan saja. Tetapi juga bisa disebabkan karena balita tersebut menderita sakit yang berkepanjangan sehingga asupan makanan sangat kurang. Berdasarkan data yang ada, yang benar-benar kurang gizi akibat kurang makan hanya 20 persen dari 1.632 balita tersebut. Selebihnya, karena sakit, cacat bawaan dan karena berat badan balita yang cukup rendah saat dilahirkan.Untuk mengatasi kekurangan gizi bayi di DIY, tahun 2005 ini Dinkes DIY mengalokasikan anggaran sebesar Rp 1,25 milyar dari APBD DIY dan APBN. Dari dana tersebut, Rp 400 juta digunakan untuk program makanan tambahan dan Rp 500 juta untuk program pemberian susu pengganti ASI bagi balita. Menurut Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari, pemerintah menganggarkan dana Rp 150 milyar untuk perbaikan gizi bagi seluruh wilayah yang terkena wabah penyakit busung lapar. Kasus yang terjadi di Nusa Tengara Barat, sebenarnya juga terjadi di sejumlah daerah lain di Indonesia. "Masalah lapar, sebenarnya bidangnya Departemen Sosial. Tapi akibat dari lapar itu, Departemen Kesehatan juga harus ikut bertanggung jawab karena ternyata banyak balita yang sakit. Untuk menangani buyung lapar yang sudah masuk KLB ini, memang harus melibatkan multi departemen tidak bisa hanya Depsos atau Depkes saja,"kata Fadilah Supari.Syaiful Amin

Berita terkait

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

7 jam lalu

Kemenkes Minta Jemaah Haji Waspada Virus MERS-CoV, Ini Penularan dan Gejalanya

Kemenkes minta jemaah haji mewaspadai virus MERS-CoV pada musim haji. Berikut gejalanya dan risiko terinfeksi virus ini.

Baca Selengkapnya

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

2 hari lalu

Apa Itu Sistem KRIS yang Bakal Menggantikan Kelas BPJS Kesehatan?

KRIS merupakan sistem baru dalam mengatur rawat inap yang melayani pengguna BPJS Kesehatan.

Baca Selengkapnya

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

4 hari lalu

Sistem Kelas BPJS Kesehatan Diubah, Iuran Harus Pertimbangkan Finansial Masyarakat

Pemerintah mewacanakan penghapusan sistem kelas BPJS Kesehatan dan menggantikannya dengan sistem KRIS sejak tahun lalu

Baca Selengkapnya

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

9 hari lalu

4 Vaksin Wajib Bagi Jamaah Haji 2024, Dua Jamaah dari Provinsi Ini Ada Tambahan Vaksin Polio

Jamaah Haji 2024 wajib menerima 3 vaksin, namun khusus jamaah dari Jawa Timur dan Jawa Tengah, ada penambahan vaksin polio.

Baca Selengkapnya

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

12 hari lalu

Ini Pesan Jokowi ke Prabowo untuk Lanjutkan Program di Bidang Kesehatan

Presiden Jokowi menyoroti urgensi peningkatan jumlah dokter spesialis di Indonesia. Apa pesan untuk pemimpin baru?

Baca Selengkapnya

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

17 hari lalu

Kemenkes: Waspada Email Phishing Mengatasnamakan SATUSEHAT

Tautan phishing itu berisi permintaan verifikasi data kesehatan pada SATUSEHAT.

Baca Selengkapnya

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

20 hari lalu

Netizen Serbu Akun Instagram Bea Cukai: Tukang Palak Berseragam

Direktorat Jenderal Bea dan Cuka (Bea Cukai) mendapat kritik dari masyarakat perihal sejumlah kasus viral.

Baca Selengkapnya

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

22 hari lalu

Kilas Balik Kasus Korupsi APD Covid-19 Rugikan Negara Rp 625 Miliar

KPK masih terus menyelidiki kasus korupsi pada proyek pengadaan APD saat pandemi Covid-19 lalu yang merugikan negara sampai Rp 625 miliar.

Baca Selengkapnya

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

26 hari lalu

Bantu Warga Terdampak Gunung Ruang, Kementerian Kesehatan Salurkan 13 Ribu Masker

Kementerian Kesehatan membantu warga terdampak Gunung Ruang di Kabupaten Sitaro, Sulawesi Utara dengan penyediaan masker.

Baca Selengkapnya

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

26 hari lalu

Alasan Pusat Krisis Kemenkes Mengirim Tim ke Lokasi Banjir Musi Rawas Utara

Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes mengirimkan tim khusus ke area banjir Musi Rawas Utara. Salah satu tugasnya untuk antisipasi penyakit pasca banjir.

Baca Selengkapnya