Seorang pemuda membawa celurit saat terlibat tawuran antar dua kelompok gang Boap dan Patok di Kawasan Pasar Manggis, Setiabudi, Jakarta, 4 Agustus 2014. Tempo/Dian Triyuli Handoko
TEMPO.CO, Jakarta - Lurah Kebon Manggis, Jakarta Timur, Toni Pawiloi, mengatakan tawuran antarwarga sering terjadi akibat kurangnya kegiatan para pemuda di wilayahnya atau banyak pengangguran. "Kami ciptakan kegiatan-kegiatan di wilayah karena sebenarnya mereka haus kegiatan, pengin diperhatikan," kata Toni di kantornya, Rabu, 7 Januari 2015.
Toni menjelaskan bahwa kurangnya aktivitas membuat orang emosional dan melakukan hal-hal tidak produktif. "Karena itu, dibuatkan kegiatan. Waktu itu, sekitar tahun 2012, warga minta dibuatkan latihan dasar kepemimpinan," katanya. Kegiatan tersebut dilakukan Kelurahan Kebon Manggis dengan melibatkan semua pemuda RW 01-04.
Toni mengatakan tawuran antarwarga kerap terjadi akibat hal-hal sepele. Senggolan sepeda motor dapat menjadi salah satu contohnya. Juga, keisengan warga ketika melewati wilayah warga kelurahan lain bisa berdampak pada keributan.
Bahkan punya pacar beda kampung juga bisa menjadi masalah. "Saat pacarnya dibawa ke kampungnya, lalu digebukkin teman-temannya tanpa alasan. Jadilah ada balas dendam. Padahal mereka hanya berpacaran," ujarnya.
Toni berujar, tawuran bisa dicegah dengan cara membekali dan melatih warga dengan keterampilan yang mereka sukai. Warga menjadi lebih produktif dan punya kemampuan lebih. Warga yang memiliki keterampilan tambahan kemudian disalurkan pada beberapa perusahaan di wilayah Kebon Manggis.