Dana Siluman DKI, KPK Kalah Cepat dengan Polisi

Reporter

Rabu, 18 Maret 2015 06:28 WIB

Firdaus Ilyas. TEMPO/Aditia Noviansyah

TEMPO.CO , Jakarta: Indonesian Corruption Watch menilai Komisi Pemberantasan Korupsi bertindak lamban dalam menyikapi laporan aduan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama ihwal anggaran siluman.

"KPK lamban! Hingga saat ini belum ada 'menu' yang kira-kira akan diambil oleh KPK. Terkesan kalah cepat dibandingkan polisi yang langsung mengambil menu UPS dan melakukan penyidikan ke Alex Usman," kata Firdaus Ilyas, Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW kepada Tempo, Selasa 15 Maret 2015.

Firdaus mengatakan kasus dugaan korupsi yang terjadi di DKI Jakarta mulai dari 2012 hingga 2014 layak mendapatkan prioritas. Alasannnya, pertama, nilai kerugian negara yang besar. Kedua, menyangkut pelayanan publik. Dan ketiga, memiliki jaringan yang besar. "Ini bukan hanya kasus pengadaan barang dan jasa yang biasa," kata dia.

Magnitude kasus yang besar, Firdaus melanjutkan, seharusnya menjadi pertimbangan KPK untuk memprioritaskan kasus ini di samping kasus-kasus lama. "Jejaringnya sangat luar biasa di level birokrat. Ini politik anggaran yang hanya lembaga sebesar KPK yang bisa mengusut," kata dia. Dia bahkan menduga jangan-jangan ada pelemahan internal di kalangan penyidik KPK.

Firdaus berpendapat, kelambanan KPK dalam menyikapi laporan Gubernur Ahok soal anggaran siluman ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, konflik kepemimpinan yang masih berimbas pada jalannya kelembagaan. "Konsolidasi antarpenyidik yang belum pulih betul pascakonflik kepemimpinan bisa saja jadi penghambat laju KPK," kata dia.

Kedua, KPK hanya fokus pada kasus-kasus lama. Ketiga, adanya serangan bertubi-tubi yang berniat ingin melemahkan kelembagaan KPK seperti KPK hanya diminta fokus pada pencegahan.

"Bisa-bisa empat sampai lima tahun lagi permainan anggaran ini diusut, sementara saat ini sampai empat atau lima tahun itu permainan terus saja berjalan," Firdaus berujar.

Gubernur Ahok melaporkan dugaan anggaran siluman itu ke KPK pada Jumat 27 Februari 2015. Ahok membawa dokumen yang merupakan print out perbedaan rancangan anggaran pendapatan dan belanja daerah yang disetujui paripurna DPRD dengan anggaran versi Ahok melalui e-budgeting. "Selisihnya cukup banyak, sekitar Rp 12 triliun," ujar Ahok, 27 Februari 2015.

Ahok juga menjelaskan selama 2014, ada dana sekitar Rp 4,3 triliun yang tidak dieksekusi untuk pengadaan uninterruptible power supply (UPS). "Kami kecolongan di 55 sekolah. Kepala sekolah pun kaget karena tidak pernah memesan UPS," ujarnya.

Ahok mengaku sangsi dengan anggaran pengadaan UPS yang mencapai Rp 6 miliar per unit itu. Oleh karena itu, ia menyerahkan perkara tersebut kepada KPK untuk diselidiki lebih lanjut.

Pelaksana Tugas Pimpinan KPK, Johan Budi menyatakan akan melakukan verifikasi data. KPK juga akan menggali info lebih mendalam di lapangan. "Belum dapat kami simpulkan apakah ada indikasi tindak pidana korupsi atau tidak," ujarnya, 27 Februari 2015.


DINI PRAMITA | DEWI SUCI

Berita terkait

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

1 hari lalu

Ahok Masuk Bursa Cagub DKI dari PDIP Selain Risma, Andika Perkasa, dan Basuki Hadimuljono

PDIP mulai menjaring empat nama yang akan menjadi calon Gubernur (Cagub) DKI Jakarta. Lantas, siapa saja bakal cagub DKI Jakarta yang diusung PDIP?

Baca Selengkapnya

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

3 hari lalu

Selain Galih Loss, Ini Daftar Kasus Dugaan Penistaan Agama di Indonesia

Kasus yang menjerat Galih Loss menambah daftar panjang kasus penistaan agama di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

5 hari lalu

Polda Metro Jaya Selidiki Pertemuan Alexander Marwata dan Eks Kepala Bea Cukai Yogya, ICW: Keliru

Peneliti ICW Diky Anandya mengatakan, pertemuan Alexander Marwata dan Eko Darmanto dilakukan dalam rangka aduan masyarakat pada Maret 2023.

Baca Selengkapnya

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

15 hari lalu

ICW Sebut Remisi Terlihat Diobral untuk para Koruptor

Sebanyak 240 narapidana korupsi di Lapas Sukamiskin mendapat remisi Idul Fitri

Baca Selengkapnya

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

18 hari lalu

Remisi terhadap Koruptor Dinilai Bermasalah Setelah Pencabutan PP 99 Tahun 2012

Eks Penyidik KPK Yudi Purnomo Harahap menilai remisi terhadap para koruptor lebih mudah setelah pencabutan PP 99 Tahun 2012 oleh Mahkamah Agung.

Baca Selengkapnya

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

19 hari lalu

Reaksi Pengamat dan Aktivis Antikorupsi Soal Wacana KPK dan Ombudsman Dilebur

Muncul kabar bahwa KPK dan Ombudsman akan dilebur, bagaimana respons aktivis antikorupsi dan para pengamat?

Baca Selengkapnya

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

22 hari lalu

Awal Mula Berhembus Kabar KPK Digabung dengan Ombudsman

tersiar kabar KPK akan dihapuskan lalu digabungkan dengan Ombudsman, bagaimana awalnya?

Baca Selengkapnya

Wacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?

23 hari lalu

Wacana Peleburan KPK dengan Ombudsman, Apa Tanggapan ICW dan IM57+ Institute?

Wakil Ketua KPK Alexander Marwata menyebut adanya kemungkinan KPK dan Ombudsman akan digabung.

Baca Selengkapnya

Korupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu

24 hari lalu

Korupsi di PT Timah Berlangsung Sejak 2015, ICW Heran Pejabat Daerah Seolah Tak Tahu

ICW meminta Kejaksaan Agung tak hanya mengejar pelaku secara personal, tapi korporasi dalam kasus korupsi di kawasan IUP PT Timah.

Baca Selengkapnya

Informasi OTT KPK Sering Bocor, Alexander Marwata: Tidak Pernah Terungkap

25 hari lalu

Informasi OTT KPK Sering Bocor, Alexander Marwata: Tidak Pernah Terungkap

Wakil Ketua KPK mengatakan, hanya orang-orang yang sial saja yang terkena OTT

Baca Selengkapnya