TEMPO Interaktif, Tangerang: Tiga taruna Sekolah Tinggi Penerbang Indonesia Curug, Tangerang, Banten, kabur dari asrama lembaga pendidikan penerbangan itu. Mereka tak tahan dengan siksaan para seniornya yang menghajarnya hampir setiap malam. Mereka yang kabur adalah, M. Miftahudin bin Abdul Rosyid, Dedi Arifin, dan Nurcholis bin Oendara Fatoni. Para siswa itu sedang memasuki semester awal dan baru beberapa bulan tinggal asrama di Jalan Raya Curug, Kabupaten Tangerang.Bentuk siksaan yang mereka alami berupa pukulan dan tendangan pada saat apel malam pukul 21.00 Waktu Indonesia Barat. Menurut Oendara Fatoni, orang tua dari Nurcholis, anaknya meninggalkan asrama setelah memberi pesan pendek (SMS). "Dia kabur karena tak tahan dengan siksaan yang dialami," kata Fatoni, Kamis (17/11).Abdul Rosyid, ayah dari Miftahudin, mengungkapkan hal yang sama," Saya hanya berharap anak saya kembali dalam keadaan selamat. Pihak sekolah harus bertanggung jawab," katanya.Juru bicara sekolah Hari Kurniawanto mengaku, belum medapat informasi kaburnya siswa calon pegawai penerbangan tersebut. "Setahu saya tidak ada taruna yang kabur," ujarnya saat dihubungi Tempo.Menurut Hari, sekolah sudah lama tidak mengajarkan kekerasan fisik terhadap siswa. "Kami belajar dari kasus Jatinangor (Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri)," ujarnya. Kalaupun banyak siswa yang mengeluh, itu karena para taruna baru terbiasa hidup enak dan tidak siap mental ketika digembeleng dalam asrama yang berdisiplin tinggi. Joniansyah-Tempo
Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana atau Mas Dhito, menggandeng Pusat Studi Pendidikan dan Kebijakan (PSPK) untuk mengembangkan ekosistem pendidikan di Kabupaten Kediri.