Simpatisan kelompok suporter The Jakmania ikuti pembinaan di Polres Jakarta Selatan, Jakarta, Senin 19 Oktober 2015. 400 The Jakmania yang berhasil ditangkap karena membuat keributan saat akan bertandingnya klub Persib Bandung melawan Sriwijaya FC di Gelora Bung Karno pada malam 18 Oktober 2015. TEMPO/Subekti.
TEMPO.CO, Jakarta - Kepolisian Daerah Metro Jaya akan memberikan edukasi pengelolaan yang benar tentang media sosial kepada admin Jakmania. Edukasi tersebut terkait dengan ujaran kebencian yang dilakukan lima suporter Persija pasca-kerusuhan di Stadion Gelora Bung Karno pada Jumat lalu. "Kami akan berikan edukasi agar mereka bisa memanfaatkan dunia maya secara adab dan beretika," kata Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya Komisaris Besar Muhammad Fadil Imran, Selasa, 28 Juni 2016.
Fadil menuturkan kerusuhan yang terjadi di Gelora Bung Karno itu tidak berdiri sendiri. Menurut dia, banyak komunikasi yang dibangun para suporter Persija di berbagai wilayah melalui dunia maya. "Solidaritas Jakmania tidak begitu saja, mereka inten berkomunikasi di dunia maya, bahkan untuk penyeragaman pakaian, bendera, dan lain-lain," ujarnya.
Kepolisian akan memproses hukum kepada suporter sepak bola mana saja yang menyampaikan ujaran kebencian di dunia maya. "Siapa saja yang sampai saat ini masih menghasut di dunia maya kami akan tindak, ini tidak baik," kata Fadil. "Kami harus menyelamatkan Persija dan Jakmania yang berpikir tidak beradab."
Sebelumnya, kericuhan Jakmania bermula dari pertandingan antara Persija dan Sriwijaya FC di Stadion Bung Karno Jakarta. Saat Persija kebobolan satu gol, seorang suporter masuk dan memancing suporter lain menjebol pagar tribun sektor 13 dan 14 stadion tersebut.
Juru bicara Kepolisian Daerah Metro Jaya, Komisaris Besar Awi Setiyono, mengatakan enam polisi menjadi korban pengeroyokan suporter Persija pada Jumat lalu. Ada korban dari pihak polisi sebanyak enam personel: 3 luka serius, 2 dirawat intensif, dan 1 masih di ICU.