TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah anggota DPRD DKI mencemaskan prospek bisnis pengoperasian kereta ringan LRT Jakarta. Mereka ragu target 14.255 penumpang per hari bisa dicapai terlebih dengan jaringan atau rute yang tersedia masih sebatas 5,8 kilometer.
Baca:
Dirut LRT Jakarta: Jarak Pendek Jadi Tantangan
Baca Juga:
Anggota Komisi C yang membidangi masalah keuangan di DPRD DKI, Ruslan Amsyari, mempertanyakan perhitungan estimasi penumpang LRT Jakarta tersebut. "Tidak mengkhayal nih? Apa tidak mimpi di tengah siang bolong?" katanya saat ditemui di sela rapat pembahasan usulan tarif kereta MRT dan LRT Jakarta di Gedung DPRD DKI pada Rabu 6 Maret 2019.
Menurutnya, hitungan itu tak logis. "Kalau jumlah penumpang tidak terjadi tentunya akan ada subsidi lagi untuk operasionalnya," ujar Ruslan menambahkan.
Anggota Komisi C lainnya, Dite Abimanyu, senada terhadap target penumpang LRT Jakarta tersebut. Dia tak yakin penumpang bakal mencapai angka estimasi dari pemerintah mengingat rute yang ada masih relatif pendek, yakni 5,8 kilometer dari Kelapa Gading-Velodrome. "Apa iya dari Pulomas ke Kelapa Gading mau capek-capek ke stasiun?" kata Dite.
Baca:
Diragukan Capai Target 14 Ribu Penumpang, Ini Strategi LRT Jakarta
Dite memperkirakan warga setempat lebih memilih memesan transportasi berbasis online karena memiliki tarif yang lebih murah untuk efisiensi yang lebih tinggi. "Kalau nanti sepi penumpang seperti di Palembang, bagaimana skenarionya? Bagaimana subsidinya kalau ternyata tidak seperti yang diperkirakan karena jumlah penumpang tidak tercapai," cecar Dite.
Kereta LRT Jakarta terparkir di Stasiun Veledrom, Jakarta, Senin, 25 Februari 2019. Pada saat uji coba ini pihak LRT menegaskan bahwa mereka masih berfokus mengejar sertifikasi dan perizinan SOP operasional dan perawatan kepada Kementerian Perhubungan. Kereta LRT Jakarta ini ditargetkan akan beroperasi pada Maret 2019 mendatang. TEMPO/Muhammad Hidayat
Pada hari itu Komisi C menggelar rapat pembahasan untuk usulan tarif kereta MRT sebesar Rp 10 ribu dan LRT Rp 6 ribu dari pihak eksekutif. Untuk tarif seperti itu, pemerintah daerah harus memberikan subsidi Rp 21.659 per penumpang MRT dan Rp 35.655 per penumpang LRT.
Baca:
Operasi April, LRT Jakarta Masih Tunggu Dua Syarat Ini
Dengan begitu, total subsidi diperkirakan Rp 572 miliar untuk MRT dan Rp 327 miliar untuk LRT. Angka itu diperoleh dengan estimasi per hari mencapai 65 ribu penumpang MRT dan 14.255 penumpang untuk LRT Jakarta.