TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pencari suaka dan pengungsi di gedung bekas Komando Militer (Kodim) Kalideres, Jakarta Barat, mengeluhkan kondisi toilet yang tidak memadai untuk membersihkan diri.
"Air bersih ada, namun untuk mandi, juga susah. Toilet jongkoknya sangat rendah, untuk mengambil airnya juga susah," ujar Ahmed, salah satu pengungsi di lokasi, Senin 16 Juli 2019.
Selain toilet, hal lain yang mereka rasa perlu perhatian khusus adalah soal kesehatan, terutama kesehatan kulit mereka yang cukup banyak dihiasi bentolan merah karena nyamuk, alergi, atau pengaruh cuaca.
"Saya rasa hampir semua orang yang saya tahu memiliki bentolan ini. Saya tidak tahu sebabnya, apa karena alergi, nyamuk, atau cuaca yang sangat panas di sini," kata pengungsi lainnya, Hadijjah sambil menunjukkan tangannya.
Menanggapi hal tersebut, Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbanpol) Provinsi DKI Jakarta, Taufan Bakri tak menampik bahwa masalah toilet maupun kesehatan di tempat penampungan masih perlu perbaikan dan evaluasi.
Baca Juga:
"Memang agak sulit ya dengan toilet, kamar mandi, dengan 1.200 manusia. Kita sudah siapkan lima toilet portabel, kemudian toilet-toilet yang di dalam. Memang agak sulit, tapi evaluasi kita lakukan setiap hari," kata dia di lokasi.
Namun untuk air bersih, menurut dia sudah diberikan tambahan volume, yang sebelumnya hanya 1-2 tangki, diperbanyak menjadi dua buah tangki berkapasitas masing-masing 5.000 liter.
Untuk masalah kesehatan, lanjut Taufik, selain dibantu oleh Puskesmas Kalideres, ia juga berencana bekerja sama dengan Dinas Sosial guna memberikan penyuluhan dan pencegahan penyakit menular di lokasi tersebut dan sekitarnya.
"Jangan sampai ada penyakit yang menular. Saya juga ingin ajak Dinsos untuk memikirkan kesehatan seribu orang lebih ini," tutup dia.
Bakesbanpol dan dinas di Pemprov DKI Jakarta masih menunggu arahan dari pemerintah pusat serta Badan Pengungsi PBB (UNHCR) terkait durasi waktu para pencari suaka akan tinggal di gedung bekas Komando Militer (Kodim) Kalideres, Jakarta Barat.