Aulia membekap mulut Edi yang masih tertelap itu dengan kain kuning yang sudah dilumuri alkohol. Sugeng memegangi perut Edi, dan Agus memegang kakinya. Sementara itu, Aulia memasukkan kain itu ke mulut Edi hingga tidak bisa bernafas.
"Saat itu, Edi sempat bangun dan berontak. Dia mencakar Aulia dan mengenai lengan sebelah kanan," kata Suyudi.
Karena berontak, Sugeng membantu Aulia dengan menarik tangan Edi. Kaki Sugeng juga didorongkan ke ketiak Edi hingga tidak berdaya dan kemudian tewas karena dibekap. Menurut Suyudi, Aulia kemudian mengikat tangan Edi yang sudah jadi mayat itu dengan sumbu kompor lalu dibaringkan kembali ke kasur.
Pradana masuk ke rumah itu sekitar pukul 23.00. Sebelum naik ke kamarnya di lantai dua, Pradana meminum jus beracun itu di dalam kulkas. Kebiasaan meminum jus yang dilakukan Edi juga ditiru Pradana. "Itu sudah dibaca Aulia," kata Suyudi.
Suyudi berujar, Pradana bertemu dengan Kelvin di lantai dua. Kamar mereka berada di lantai yang sama. Di kamar Pradana, Kelvin mengajaknya mabuk dengan whisky campuran valdres yang sudah disiapkan Aulia. "Mereka minum, dan joget-jogetlah di atas," kata Suyudi.
Sekitar pukul 04.30, yakni Sabtu dini hari, 24 Agustus 2019, Pradana akhirnya tidak sadarkan diri. Kelvin kemudian memanggil Aulia, Agus dan Sugeng untuk membantunya membunuh Pradana.
Cara yang sama diterapkan oleh para tersangka ketika menghabisi nyawa Edi, yakni dibekap. Namun, yang menjadi eksekutor untuk menyumpal mulut Pradana dengan kain beralkohol dalam kesempatan ini adalah Kelvin. "Pradana akhirnya diduga tewas di kamarnya," kata Suyudi.
Mayat Pradana kemudian dibungkus bed cover dan dibawa ke kamar Edi. Kondisi tangan Pradana juga sudah terikat sumbu kompor, sama seperti Edi. Setelah itu, keduanya digotong ke garasi dan diletakkan di sebelah mobil Calya berpelat B 2983 SZL.
"Mereka kemudian merencanakan untuk membakar rumah tersebut sehingga seolah-olah korban meninggal karena terbakar," Suyudi menjelaskan.