TEMPO.CO, Jakarta - Rencana Pemerintah Provinsi DKI Jakarta mengubah sekolah menjadi lokasi para tenaga kesehatan dan pasien selama pandemi Covid-19 menuai pro kontra di kalangan masyarakat.
Tak sedikit yang merasa khawatir akan tertular jika tempat perawatan medis bagi pasien Covid-19 berada di sekitar rumah mereka.
Ketua Satuan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Jakarta Pusat Irwandi mengatakan penolakan bahkan sudah terjadi di daerah Bungur. Menurut dia, penolakan terjadi setelah pihak kelurahan melakukan sosialisasi soal sekolah jadi lokasi perawatan bagi pasien ODP Covid-19.
"Misalnya warga di Bungur sudah pada nolak kalau jadi tempat isolasi padahal baru sosialisasi, belum terealisasi. Sebenarnya kan bisa saja isolasinya ternyata untuk pasien bergejala ringan, atau pasien dalam pengawasan (PDP), belum tentu yang positif," kata Irwandi.
Sebelumnya Kepala Dinas Pendidikan DKI Jakarta Nahdiana membenarkan soal surat yang berisi daftar nama sekolah di DKI Jakarta yang mungkin dapat digunakan untuk penanganan Covid-19.
Ada 136 sekolah yang disiapkan untuk isolasi bagi ODP dan akomodasi tenaga kesehatan.
Resistensi dan penolakan juga diungkapkan Kepala Suku Dinas Pendidikan Jakarta Timur I Ade Narun. "Resistensi masyarakat, khususnya dari orang tua siswa dan lingkungan juga banyak yang keberatan. Kalau anak kita sekolah di situ juga keberatan, tapi itu jadi tugas kami memberikan penjelasan," kata Ade.