Jumlah penambahan kasus positif Covid-19 di Jawa Barat, diklaimnya sudah kembali di bawah rat-rata 100 kasus per hari.
“Sudah rata-rata di bawah 100. Bahkan di hari kemarin, di hari Minggu, terlaporkan kasus positif Covid-19 hanya sekitar 27, itu rekor terendah dalam 6 minggu terakhir setelah diberlakukan Adaptasi Kebiasaan Baru. Mudah-mudahan kasus rendah ini bisa kita jaga di minggu-minggu depan,” kata Ridwan Kamil.
Ridwan Kamil mengatakan, indeks angka reproduksi penambahan kasus Covid-19 atau Rt di Jawa Barat sudah berada di bawah 1. “Angka reproduksi Covid kita sekarang sudah kembali di bawah 1, ada di angka 0,75. Jadi sempat lompat ke 1,6, sekarang sudah turun di 0,75,” kata dia.
Petugas saat menunjukkan hasil swab penumpang KRL Commuterline usai menjalani test polymerase chain reaction (PCR) di Stasiun Bekasi, Jawa Barat, Selasa, 5 Mei 2020. Pemkot Bekasi menggelar tes massal corona terhadap penumpang KRL Commuterline dengan menyiapkan 300 alat test PCR, tes secara massal tersebut dilakukan setelah tiga penumpang KRL dari bogor terdeteksi terpapar virus corona atau Covid-19. TEMPO / Hilman Fathurrahman W
Dikutip dari situs BNBP, Gugus Tugas Nasional membagi dalam 4 level kriteria zonasi daerah berdasarkan warna sebagai indikator risiko Covid-19, dilihat dari tingkat transmisi dan penyebarannya.
Pertama Zona Hijau atau Tidak Terdampak. Daerah mendapat kategori ini bila risiko penyebaran virus ada, tapi tidak ada kasus positif. Risiko penyebaran tetap ada tapi di tempat-tempat isolasi. Di zona ini beberapa aktivitas boleh dilakukan, diantaranya pembukaan sekolah dengan protokol kesehatan yang ketat.
Levek kedua Zona Kuning atau Risiko Rendah. Risiko penyebaran Covid-19 terkendali, dan tetap ada kemungkinan transmisi seperti imported case, tapi penyebaran terkendali dan tidak bertambah.
Level ketiga Zona Oranye atau Risiko Sedang. Secara umum risiko penyebaran pada level ini tinggi dan potensi virus tidak terkendali. Di level ini transmisi lokal hingga imported case kemungkinan bisa terjadi dengan cepat. Pemerintah daerah harus memantau klaster baru, dan mengontrol pergerakan melalui testing dan tracking yang agresif.
Kategori terakhir Risiko Tinggi. Di level ini peneybaran virus tidak terkendali. Transmisi lokal terjadi dengan cepat, wabah menyebar luas, dan banyak klaster baru. Di level ini pemerintah daerah wajib melakukan testing yang intensif dan penelusuran kontak dengan agresif pada kasus ODP dan PDP. Dalam keadaan tersebut, masyarakat harus berdiam di rumah.
AHMAD FIKRI