TEMPO.CO, Jakarta -Heboh temuan kandungan parasetamol di perairan Angke dan Ancol, Jakarta Utara rupanya malah belum sampai ke telinga para nelayan dan warga di sana.
Tati, Ketua RT 06 di Kelurahan Penjaringan, Jakarta Utara mengatakan, sebelumnya tak pernah mengetahui adanya kandungan parasetamol di Teluk Jakarta seperti yang sekarang tengah ramai diperbincangkan.
“Belum, ini baru. Kalau limbah yang lain tuh ya pernah,” kata Tati kepada Tempo, Senin, 4 Oktober 2021.
Ia mengatakan, jika memang ada pencemaran parasetamol di perairan Muara Angke dan sekitarnya maka pemerintah harus segera menanganinya agar tak merugikan masyarakat dan nelayan.
“Nah ikan yang dijual di pelelangan yang makan kan gak nelayan aja, juga orang di luar sana. Ikannya kurang bagus, kurang sehat,” kata Tati.
Sebelumnya ditemukan kandungan parasetamol di Teluk Jakarta dari hasil penelitian berjudul 'High concentrations of paracetamol in effluent dominated waters of Jakarta Bay, Indonesia' Ada empat peneliti yang terlibat dalam penelitian, yaitu Peneliti Oseanografi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Zainal Arifin; Wulan Koagouw dari School of Pharmacy and Biomolecular Sciences, University of Brighton; George W.J. Olivier; dan Corina Ciocan.
Dalam penelitian itu, Zainal bersama timnya mengambil sampel air laut dari empat lokasi, yaitu perairan Muara Angke, Ancol, Tanjung Priok, dan Cilincing. Adapun dua titik yang ditemukan mengandung konsentrasi parasetamol yang cukup tinggi yaitu perairan di Muara Angke dan Ancol.
Namun seorang nelayan di perairan Muara Angke menyatakan tak mengetahui adanya pencemaran parasetamol tersebut. “Saya udah 20 tahun jadi nelayan tapi gak pernah tuh dengar ada limbah parasetamol,” ujar nelayan yang enggan disebut namanya itu, Senin, 4 Oktober 2021.
Selama ini para nelayan hanya tahu soal limbah plastik. Mereka sama sekali tak mendengar adanya limbah parasetamol.
Baca juga: Dampak Pencemaran Parasetamol di Teluk Jakarta ke Manusia, BRIN: Mungkin Kecil
SYIFA INDRIANI