TEMPO.CO, Jakarta - Epidemiolog dari Universitas Griffith Australia Dicky Budiman menyebut meningkatnya kasus Covid-19 varian Omicron di Jakarta merupakan titik awal gelombang ketiga.
Hal ini mengingat penambahan kasus Omicron diiringi dengan mobilitas masyarakat yang aktif serta menurunnya intervensi kebijakan pembatasan aktivitas.
"Ini alarm sudah mulai nyala dan awal dari gelombang ketiga," kata dia saat dihubungi, Senin, 10 Januari 2022.
Menurut dia, peningkatan kasus Omicron saat ini tak sampai membeludak seperti penularan varian Delta. Salah satunya lantaran pemerintah Indonesia belum memiliki kemampuan untuk mendeteksi kasus sebanyak temuan Delta.
Pemerintah dan masyarakat, lanjut Dicky, harus mengantisipasi lonjakan kasus Omicron seperti Delta. Dia menuturkan infeksi Omicron perlu dicegah dengan mempertimbangkan skenario terburuk.
Upaya pencegahan yang dimaksud seperti mempercepat vaksinasi Covid-19, memberikan vaksin booster kepada kelompok berisiko tinggi, hingga membatasi keluar-masuk orang khususnya yang ingin berangkat ke luar negeri. Selain itu, dia mengingatkan agar tetap disiplin menjalankan 3T dan 5M.
"Gelombang ketiga itu sesuatu yang tidak bisa dihindarkan, bahkan sebelum Omicron," terang dia.
Kasus Covid-19 di Ibu Kota belakangan mulai meningkat. Penambahan kasus per hari berkisar 100-300. Peningkatan ini sejalan dengan penambahan kasus Omicron yang didominasi dari pelaku perjalanan luar negeri.
Per hari ini total ada 407 kasus Omicron yang ditemukan di Jakarta. Dari jumlah itu, 350 pasien adalah pelaku perjalanan luar negeri. Sementara 57 orang lainnya terinfeksi dari penularan lokal.
Baca juga: Naik Lagi! Keterisian Tempat Tidur Isolasi dan ICU Covid-19 di DKI Jadi 9 Persen