TEMPO.CO, Jakarta - Koordinator lapangan aksi menolak daerah otonomi baru, Vincen Siep, mengatakan unjuk rasa mahasiswa Papua di depan Kementerian Dalam Negeri yang berakhir ricuh diawali oleh tindakan aparat. Ia menuduh aparat yang lebih dulu memprovokasi massa.
"Saat itu kawan-kawan saya terprovokasi karena kalau saya melihat dari situasi di lapangan, terjadi miskomunikasi antara negosiator pihak kami dan polisi," kata Vincent saat ditemui di Stadion Presisi, Kompleks Polda Metro Jaya, Jumat, 11 Maret 2022.
Ia menjelaskan peserta aksi mulanya berkumpul di depan gedung Badan Kepegawaian Negara, Jakarta Timur, pukul 9.30. Satu jam kemudian massa mulai bergerak menuju Kemendagri.
Namun, kata Vincen, pihaknya tidak bisa menuju ke depan Gedung Kemendagri karena dihadang oleh petugas. "Kami coba putar terus mau masuk lewat (pintu) satunya juga dihalang. Kami putar jauh menuju (Jalan) Juanda," ucap dia.
Mahasiswa bergerak memutar melewati Jalan Veteran III. Di sini, kata Vincen, aparat kembali menghadang hingga terjadi bentrokan. Jalan Veteran III tepat berada di samping Kompleks Istana Kepresidenan dan Kantor Wakil Presiden. "Kami tidak sampai ke Kemendagri," ujar dia.
Menurut Vincen, banyaknya aparat yang menghadang membuat para mahasiswa Papua kelimpungan. Pada saat itu, kata dia, muncul provokasi dari aparat gabungan hingga terjadilah bentrokan.
Vincen menuding sejumlah aparat menganiaya mahasiswa lebih dulu dengan cara memukul dan menendang. Mahasiswa yang mencoba bertahan terprovokasi dan menyerang seorang polisi hingga luka-luka di kepala. Proses negoisasi antara massa dan polisi tidak berjalan lancar. “Tidak ada komunikasi yang baik sehingga aparat memprovokasi kami sehingga kawan-kawan saya terpancing,” tuturnya.
Delapan Mahasiswa dan Kasat Intel Polres Jakarta Pusat Terluka
Aprillia Lisa, perwakilan dari LBH Jakarta, menjelaskan enam mahasiswa Papua mengalami luka parah dan dua lainnya luka ringan. Sedangkan seorang mahasiswi Papua sempat pingsan.
Menurut Aprillia, tindakan represif dari aparat mengakibatkan beberapa mahasiswa terluka hingga berdarah.
Aprillia menuturkan petugas polisi yang berjaga diduga melakukan kekerasan seksual terhadap mahasiswa Papua saat kericuhan pecah. "Aparat sempat meremas alat vital dan menendang dada perempuan dari mahasiswa Papua," katanya saat diwawancarai di Stadion Presisi, Kompleks Polda Metro Jaya, Jakarta, Jumat 11 Maret 2022.
Sementara Kapolsek Sawah Besar Komisaris Maulana Mukarom mengatakan Kasat Intel Polres Jakarta Pusat Ajun Komisaris Besar Ferikson selaku Kasat Intel Polres Jakarta Pusat Ferikson Tampubolon mengalami luka di kepala.
Menurut Maulana, Ferikson mendapatkan luka pada bagian kepala. Pelipis bagian kanannya sobek hingga berdarah. Saat ini, Ferikson telah mendapatkan perawatan medis.
"Kasat Intel Polres Jakarta Pusat yang jadi korban pemukulan oleh pendemo mahasiswa Papua," kata Maulana saat dihubungi Jumat, 11 Maret 2022.
Ditanya mengenai pemukulan terhadap Polisi hingga terluka di bagian kepala, Vincent membantah pemberitaan yang ada bahwa itu karena pemukulan benda tumpul.
"Saya tidak membenarkan kami membawa batu dan lain-lain. Saya kira sangat keliru sekali. Itu kan area ring satu di sebelah Sekretariat Negara, di sana tidak ada batu. Pada saat aksi pun Mahasiswa Papua tidak pernah sekalipun membawa batu," kata Vincent.
Polisi Tangkap Sejumlah Mahasiswa
Setelah kericuan mereda, polisi menangkap sejumlah mahasiswa dan membawanya ke Polda Metro Jaya. Berdasarkan pantauan, polisi menjemur 102 mahasiswa Papua di Stadion Presisi Polda Metro Jaya.
Pada pukul 19.00 WIB, polisi melepas para mahasiswa Papua ini. Mereka lalu bergerak menuju kantor LBH Jakarta.
Baca juga: KSP Kecam Demo Mahasiswa Papua yang Ricuh dan Lukai Anggota Polisi