Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta:Belasan alumni SMU Negeri 82 Jakarta --yang semuanya wanita—menjalani pemeriksaan di Polsek Kebayoran Baru , Rabu (17/7) malam. Gara-garanya, mereka dituduh telah menculik sejumlah siswi yang baru saja naik kelas III “Sejak pukul 16.00 WIB, banyak orangtua siswi yang mengadu tentang adanya penculikan itu,” ujar Kapolsek Kebayoran Baru, Komisaris Polisi Rudi Antariksawan, kepada Tempo News Room, Rabu malam. Berdasar pengusutan polisi terhadap para korban diketahui kalau penculikan itu merupakan salah satu ajang perploncoan dari alumni yang baru lulus tahun ini terhadap adik kelasnya yang baru naik ke kelas III. Meski begitu, polisi akan terus menyelidiki kasus tersebut. “Kami akan pelajari. Tapi, kalau pelaku dikenakan tuduhan penculikan, itu masih terlalu dini,” ujarnya. Salah satu teman korban menuturkan, dalam peristiwa itu sekitar 17 siswi SMU Negeri 82 Jakarta diangkut dengan menggunakan Mercy minibus tipe C-28. Mobil warna hitam itu tak sembarangan karena plat merahnya dari Departemen Pertahanan bernomer 4430 – 00. Semua korban perploncoan itu sempat diangkut ke beberapa tempat, antara lain, ke Jl. Senopati dan ke Taman Dharmawangsa. Salah satu agendanya sungguh tak mengenakkan: diomel-omeli! Bahkan, di tempat lain, korban yang juga sempat diangkut dengan mobil Kijang digampar, mukanya dicorat-coret dengan spidol, dan pantatnya digebuk pakai sandal. Akibat perlakuan itu, salah satu korban, Ridi --yang menderita asma-- sempat dibawa ke RS Pertamina. Untunglah, “Saat saya telpon, dia sudah ada di rumah,” ujar saksi yang tak mau dikutip namanya ini. Polisi masih terus melakukan pemeriksaan terhadap para pelaku. Salah satu yang diperiksa adalah Bianca, anak Marjulis, pemilik Mercy yang disebut-sebut sebagai anggota Kostrad. Untuk sementara, mobil mewah yang dipakai untuk perploncoan itu ditahan. Marjulis sendiri saat ditelpon salah satu guru SMU 82 agar datang ke kantor polisi ternyata tak juga kelihatan batang hidungnya. Justru, ajudan yang dikirim. Saat berita ini ditulis, kantor polisi masih riuh dengan kehadiran rekan-rekan pelaku, orangtua pelaku, korban dan orangtua korban. Beberapa orangtua pelaku menyatakan acara seperti itu sudah rutin diadakan alias sudah menjadi tradisi. Cuma, kali ini kena batunya: orangtua korban tak bisa terima. Neli, salah orangtua korban, menyatakan pipi putrinya sempat ditampar berkali-kali. Tak hanya itu, “Ia juga diminta mengisap rokok dengan terbalik,” ujarnya, geram. Sementara itu, saat dikonfirmasi, sejumlah guru yang ditemui Tempo News Room menyatakan acara seperti itu tak ada koordinasi dengan pihak sekolah. Hal itu diamini Zack, salah satu alumni SMU Negeri 82 tahun 2000. “Pihak sekolah memang tidak boleh ikut campur,”katanya. Dalam perkembangannya diketahui kalau beberapa pelaku, seperti Bianca dan Samira, ternyata bukan alumni sekolah tersebut. Bianca lulus SMP, sedangkan Samira pernah bersekolah di situ, tapi sudah dikeluarkan. Maklum, “Ia 2 kali tak naik kelas,” ujar Yoseph, salah seorang guru SMU 82. Alumni atau bukan, keduanya musti siap mempertanggungjawabkan perbuatannya. (Dara Meutia Uning – Tempo News Room)
Iklan
