3. Butuh Rp 33 Triliun Agar Seluruh Armada Transjakarta Gunakan Bus Listrik
PT Transjakarta telah memetakan tahapan-tahapan merealisasikan seluruh armadanya menjadi bus listrik pada 2030. Hingga tahun itu, badan usaha milik daerah itu membutuhkan duit segar investasi sebesar Rp33 triliun demi merealisasikan program bus listrik ini.
Kepala Departemen Komunikasi Korporasi dan CSR PT Transjakarta Iwan Samariansyah mengatakan, total kebutuhan dana investasi tersebut tidak sepenuhnya dari anggaran perseroan atau anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) DKI Jakarta. "Tidak sepenuhnya dari anggaran Transjakarta melainkan dari operator yang bekerja sama dengan APM (Agen Pemegang Merek)," kata Iwan saat dihubungi, Ahad, 15 Mei 2022.
Dia mencontohkan, skema ini sebetulnya telah diterapkan seusai PT Transjakarta mengadakan 30 bus listrik dari BYD asal China. Bus-bus ini, kata da, telah ditawarkan ke salah satu operator bus Transjakarta, Mayasari Bakti. "Lolos uji coba, dapat rekomendasi sehingga bisa ditawarkan ke operator bus TJ yg berminat. Contohnya Mayasari yang sudah mengoperasikan 30 unit bus listrik," ujar Iwan.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan saat meluncurkan layanan bus listrik TransJakarta di Plaza Selatan Monas, Jakarta, Selasa, 8 Maret 2022. PT TransJakarta meluncurkan 30 unit bus bertenaga listrik yang akan beroperasi di 4 rute TransJakarta. TEMPO/M Taufan Rengganis
Sisanya, yaitu Rp11,5 triliun untuk infrastruktur dan biaya jaringan listrik 88 MW yang terdiri dari transformer step-down, MV Panel, LV Panel, dan Controller. Rencananya, bakal ada 12 titik stasiun pengisian atau charging station yang direncanakan untuk mendukung operasional bus listrik pada layanan BRT.
PT Transjakarta sebetulnya juga sudah mulai menjajaki penerbitan surat utang di Bursa Efek London untuk membiayai proyek ramah lingkungan. Penjajakan ini merupakan bagian dari rencana perusahaan untuk mengembangkan 10.047 unit bus listrik yang ditargetkan terealisasi pada akhir 2030. “Green bond dipilih karena dapat memfasilitasi transportasi berkelanjutan,” ujar dia dikutip dari Koran Tempo.
Dana yang diperoleh dari penerbitan surat utang itu akan digunakan Transjakarta untuk elektrifikasi bus. “Bentuknya bisa hibah, pinjaman, bantuan lunak, atau fasilitas lainnya,” ujar Iwan.
Salah satu alasan Transjakarta memburu pendanaan melalui penerbitan green bond adalah dana subsidi atau public service obligation (PSO) yang diberikan pemerintah DKI tidak bisa sepenuhnya digunakan untuk pengadaan bus listrik. “Biaya beli unit bus masuk ke capital expenditure,” kata Iwan.
Baca juga: Wagub DKI Jakarta Jelaskan Alasan JIS Terlarang untuk Reuni 212