TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Ujang Komarudin menilai seharusnya PSI satu suara dalam mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Namun DPP Partai Solidaritas Indonesia atau PSI mengkritik Gubernur Jakarta itu tidak berdasarkan fakta, sehingga tidak memenuhi harapan publik.
“Oleh karena itu, wajar jika ada kader yang memang mengkritik sikap kritis DPP PSI ke Anies karena model kritiknya itu. Model kritis ke Anies itu tidak sesuai dengan harapan publik dan tidak sesuai dengan kenyataan dan fakta yang ada, ini, tentu sangat merugikan PSI,” kata Ujang kepada Tempo, Selasa, 2 Agustus 2022.
Ia heran internal Partai Solidaritas Indonesia itu tidak kompak. Ia mengatakan semestinya PSI satu arah, satu kebijakan ketika mengkritik Anies, yaitu total mengkritik namun jangan tendensius, serta mengada-ngada.
“Bagaimana dulu Giring begitu keras, kencang mengkritik, dan dia menyerah sendiri, lalu hilang dari peredaran saat ini bahkan ingin jadi Capres abal-abal, mundur dengan sendirinya dan ini lah yang membuat mungkin, ya kader-kader di internal PSI tidak suka,” ujarnya.
Semestinya sebagai partai, ujar dia, untuk menjaga dan mengontrol pemerintahan, baik di pusat maupun di daerah, PSI seharusnya melakukan kritik terhadap Anies dengan cara-cara yang konstruktif dan objektif.
“Nah, itu yang mungkin diinginkan oleh kader Partai Solidaritas Indonesia dan itu tidak ada. Kritik-kritik DPP ke Anies semuanya kebanyakan tendensius dan menyerang. Wajar saja kalau ada kader PSI yang mempertanyakan, mengkritik model kritik DPP ke Anies,” katanya.
Sebelumnya, Ketua Fraksi PSI DPRD DKI Jakarta Anggara Wicitra Sastroamidjojo mengaku banyak mendapat pertanyaan mengenai strategi komunikasi yang diambil oleh PSI.
Dia menilai serangan terhadap Gubernur DKI Anies Baswedan sudah dianggap memiliki muatan pribadi.
Anggara menyarankan agar dilakukan evaluasi terhadap komunikasi politik yang digunakan oleh PSI selama ini. Menurut dia, strategi yang diambil partai kerap kali menimbulkan kegaduhan di masyarakat.