TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pusat Kebijakan Keenergian ITB Retno Gumilang Dewi menyebutkan kontribusi utama emisi Gas Rumah Kaca (GRK) di DKI Jakarta berasal dari sistem transportasi. Menurut Retno, hal tersebut merupakan PR berat untuk DKI Jakarta menuju net zero emission.
Retno juga menyebut masih ada beberapa industri di Jakarta yang menggunakan batu bara dan gas. Penggunaan gas diharapkannya dapat menuju listrik di kemudian hari. Menurut dia, sampai 2030, industri tersebut mungkin masih berbasis energi fosil, namun yang lebih rendah emisi seperti gas.
"Itu pelan-pelan mungkin bisa menuju ke renewable atau pelan-pelan menuju ke listrik," ucap Retno dalam Public Ekspose Inventarisasi Profil Emisi dan Pelaporan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi DKI Jakarta Tahun 2022 di Balai Kota, Jakarta Pusat, Rabu, 2 November 2022.
Dalam kegiatan itu, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mencatat emisi Gas Rumah Kaca (GRK) menurun 27 persen pada 2021. Kepala Dinas Lingkungan Hidup DKI Asep Kuswanto mengatakan penurunan itu terjadi karena program mitigasi yang masif pada sektor energi dan transportasi.
"Jakarta berkomitmen untuk menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 30 persen dan target ambisius 50 persen pada 2030," kata Asep, seperti dikutip dari Antara.
Capaian itu lebih tinggi dibanding 2020 sebesar 26 persen dan melampaui target 2021, yakni mencapai 18 persen.
Mitigasi pada sektor energi di antaranya pembangkit listrik. Pada 2021 terdapat efisiensi energi 1,2 juta ton karbondioksida equivalent (CO2e).
Pencapaian itu berasal dari perpindahan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) ke Pembangkit Listrik Tenaga Uap dan Gas (PLTGU) Muara Karang.
Penggunaan energi terbarukan sebesar 16.117 juta ton CO2e pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap di gedung pemerintahan dan komersial.
Mitigasi pada sektor transportasi di antaranya peralihan penggunaan transportasi pribadi ke transportasi umum. Peralihan ini menghasilkan efisiensi energi 1,33 juta ton CO2e.
Pada 2021, penggunaan bahan bakar gas tercatat 10.437 ton CO2e, sedangkan biofuel atau energi terbarukan 159 ribu ton CO2e.
Total emisi GRK di Jakarta pada 2021 tercatat mencapai 56.835 giga grams (Gg) CO2e. Inventarisasi yang dilakukan Dinas LH DKI itu terdiri dari emisi langsung 27.540 Gg CO2e dan emisi tidak langsung 29.294 Gg CO2e.
Dinas LH DKI menyatakan sektor energi merupakan kontributor terbesar penghasil emisi Gas Rumah Kaca, yaitu emisi dari penggunaan listrik atau emisi tidak langsung 52 persen, disusul emisi langsung 29 persen, pembangkit listrik (15 persen) dan limbah (4 persen). Emisi langsung di antaranya berasal dari transportasi, industri, komersial hingga rumah tangga.
Baca juga: Pemprov DKI Berharap Emisi Gas Rumah Kaca Terus Menurun