TEMPO.CO, Jakarta - Tarif Lintas Raya Terpadu Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi atau LRT Jabodebek diharapkan warga dapat seperti Kereta Rel Listrik (KRL) Commuter line.
Seperti yang dituturkan salah satu pengguna LRT, Artasya Dea, 30 tahun. Menurutnya, jika berbicara keberatan atau tidak dengan tarif LRT yang akan ditetapkan tergantung kebutuhan masing-masing.
"Kalau menurut saya tidak terlalu mahal bagi saya yang memilih opsi untuk menghindari kemacetan. Tapi kalau memang kebutuhannya tidak terlalu mendesak, tarif normal ini terlalu mahal. Karena sangat berbeda jauh dengan tarif KRL," kata Dea, Senin, 28 Agustus 2023.
Hal ini, kata dia, nantinya akan menjadi pemicu orang-orang tidak mudah beralih menggunakan LRT, khususnya para pekerja,
"Karena kalau setiap hari berangkat kerja mengeluarkan uang segitu lumayan juga. Belum lagi harus PP (pergi pulang), misalnya tujuannya jauh-jauh, bisa-bisa beralih lagi ke kendaraan pribadi lagi," tutur Dea.
Namun, Dea mengakui fasilitas yang tersedia di LRT Harjamukti ini sudah setara dengan yang ada di luar negeri, baik dari segi kebersihan dan lain sebagainya.
Warga Cibubur itu menyarankan, karena operasi LRT ini masih baru, jadi harus menambah jumlah SDM dan sosialisasinya kepada orang yang masih kurang paham soal penggunaan LRT.
"Karena jika sosialisasinya masih belum banyak, jadi saya sendiripun masih bingung soal jalur naik ke arah tujuan. Karena LRT ini agak berbeda dengan MRT dan KRL, yang biasa digunakan kebanyakan orang," sambung Dea.
Berkaitan dengan akses kendaraan pribadi, menurut dia, akses yang disediakan sudah cukup mudah.
'Karena mobil maupun motor juga bisa diparkir di sekitar LRT Harjamukti," ucap Dea.
Sementara, Indah Angraini, 36 tahun mengatakan agar orang beralih menggunakan transportasi publik seperti LRT, tentu harus nyaman dan ekonomis.
"Kalau mahal bukannya tidak mau, tapi harus dihitung pendapatannya juga, seperti saya, kalau tiap hari sampai Dukuh Atas, minimal harus mengeluarkan Rp40 ribu, memang kita tidak capek di jalan, tapi lebih baik naik motor, paling bensinnya Rp20 ribu buat PP, atau naik KRL sekalian" kata Indah.
Kendati demikian ia mengaku kagum dengan kemegahan Stasiun LRT Harjamukti dan fasilitas yang ada di dalamnya.
"Kebetulan tadi waktu Ashar, saya tanya musalanya, ternyata ada dan bersih," ucap Indah.
Diketahui, setelah diresmikan Presiden Joko Widodo, Kementerian Perhubungan melalui Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) menetapkan tarif promo berupa diskon sebesar 78 persen yang diwujudkan dalam tarif flat sebesar Rp5.000 untuk seluruh lintas pelayanan. Tarif Promo ini mulai diberlakukan sejak LRT Jabodebek diresmikan sampai dengan akhir bulan September 2023.
Selain tarif flat Rp5.000, skema selanjutnya yang disiapkan yaitu pengenaan tarif maksimal Rp20.000 untuk jarak terjauh dan di bawah Rp 20.000 untuk selain jarak terjauh. Skema tarif ini mulai diberlakukan pada awal bulan Oktober 2023 sampai dengan akhir Februari 2024.
Tarif LRT Jabodebek sudah ditetapkan melalui Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor KM 67 Tahun 2023 tentang Tarif Angkutan Orang dengan Kereta Api Ringan Terintegrasi di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi untuk Melaksanakan Kewajiban Pelayanan Publik.
Berdasarkan regulasi ini, tarif dasar LRT Jabodebek ditetapkan mulai Rp 5.000 untuk 1 km pertama, dan mengalami penambahan sebesar Rp 700 per Km selanjutnya.
Pilihan Editor: Usai Peresmian oleh Jokowi, Ratusan Penumpang Jajal LRT dari Stasiun Harjamukti