TEMPO.CO, Jakarta - Berawal dari minum minuman keras, Rahmat Prayogo (20) berkenalan dengan ganja. Cukup setahun, mahasiswa universitas swasta di Jakarta ini sudah berkembang menjadi pecandu, bahkan juga pengedar. Itu setidaknya berdasarkan sangkaan polisi usai menangkapnya di Cakung, Jakarta Timur, pada Sabtu lalu.
Barang bukti saat itu adalah paket dalam kemasan karton berisi 1,2 kilogram ganja kering yang dipesannya lewat Instagram dari Medan, Sumatera Utara. Paket dituliskannya sebagai sukucadang sepeda motor dan dialamatkan ke kantor Sekretariat RW di lingkungan rumahnya dengan nama pemesan yang juga disamarkannya sebagai 'Adgar'.
Dalam wawancara dengan TEMPO pada Rabu, 6 September 2023, Rahmat mengungkap kronologi hingga akhirnya dia ditangkap dan kini berada di tahanan di Markas Polsek Tambora, Jakarta Barat. Pemuda yang kini duduk di semester 8 Jurusan Teknik Industri ini menyebut semua bermula saat dia berlibur ke Yogyakarta menggunakan motor vespa kesayangan pada Juli lalu.
Selang beberapa hari usai liburannya itu, Rahmat mengunggah kembali kerinduannya saat berada di Yogyakarta. Dari unggahannya itu dia berkenalan dengan seorang lain yang mengaku sebagai penggemar vespa juga. Pria tersebut menanyakan semua hal terkait vespa Rahmat. Chat pun berlanjut ke video call.
"Awalnya juga masih tanya-tanya vespa," kata Rahmat. "Di tengah obrolan dia tanya, saya pakai ganja apa enggak. Saya bilang, iya pake. Terus dia nawarin kalau dia jual ganja di Medan, bisa kirim via paket.”
Transaksi Pakai Uang Vespa
Mengaku sedang suntuk, Rahmat meresponsnya dan menanyakan bagaimana proses pengiriman itu bisa dilakukan. “Dia bilang, 'aman, kok. Soalnya udah sering juga kirim ke orang lain'.”
Wawancara TEMPO dengan Rahmat Prayogo, 20 tahun, mahasiswa tersangka pengguna dan pengedar ganja, di Markas Polsek Tambora, Jakarta Barat, Rabu 6 September 2023. Tempo/Advist Khoirunikmah
Merasa yakin dengan kenalan barunya tersebut, Rahmat sepakat bertransaksi. Di memesan 1,2 kilogram ganja kering seharga 6 juta rupiah. Rahmat mengaku mengorbankan tabungan untuk restorasi vespa kesayangan. “Niatnya pengen restorasi vespa, eh malah kepicut sama orang ini. Ya udah jadinya transfer sama kirim alamat,” kata dia.
Rahmat sudah merancang penggunaan ganja itu untuk dipakai sendiri dan sebagian dijual lagi eceran, baik di kawasan kampusnya di Salemba, Jakarta Pusat, maupun luar kampus. “Kalau memang itu barang keterima sama saya, saya mau jual eceran aja. Dari harga 100 ribu sampai 800 ribu rupiah,” kata Rahmat.
Penangkapan oleh Polisi Tambora
Rahmat mengaku tak menyangka isi paket yang sudah disamarkan sebagai komponen tromol dan stick head untuk vespa itu bisa ketahuan oleh perusahaan ekspedisi. Perusahaan ini yang kemudian melapor ke Polsek Tambora.
Paket kiriman ganja kering yang dikemas sebagai suku cadang sepeda motor pesanan seorang mahasiswa di Jakarta saat diperlihatkan di Markas Polsek Tambora, Jakarta Barat, Rabu 6 September 2023. Tempo/Advist Khoirunikmah
Singkat cerita, saat paketnya tiba, Sabtu siang 2 September 2023, Rahmat dihubungi melalui aplikasi perpesanan WhatsApp oleh kurir yang bertugas. “Jam 1-an lah , kurirnya WA saya, ‘Mas, paketnya udah sampai'. Pas saya nerima paket, tiba-tiba bersamaan kurirnya ke luar dari mobil, ada polisi juga ke luar."
Saat itu, dia ingat ada 5 anggota polisi yang langsung menyergapnya. Sampai bagian ini suaranya mengecil dan sedikit bergetar. Rahmat mengaku baru pertama kali itu memesan ganja lewat media sosial. Sebelum-sebelumnya dia memesan langsung kepada pengedar. "Saya kalau beli yang cepean (100 ribu) bisa dipakai untuk dua minggu konsumsi pribadi."
Rahmat pun kini mengaku kapok. "Gak mau gini lagi. Mau hidup sederhana aja, dan bahagia," kata dia.
ADVIST KHOIRUNIKMAH
Pilihan Editor: Sudah Lihat Langit Biru Lagi di Jakarta, Fauzi Bowo Kasih Pesan Ini kepada Heru Budi