TEMPO.CO, Jakarta - Tiga berita terpopuler metropolitan pada Senin pagi dimulai dari pedagang di Pasar Tanah Abang mengeluh sepi pembeli. Pedagang membandingkan pembeli pada saat pandemi Covid-19 dan sekarang.
Berita terpopuler berikutnya respons Heru Budi soal Pasar Tanah Abang sepi. Heru mengatakan, hal ini terjadi karena perubahan gaya belanja konsumen.
Berita ketiga adalah pedagang Blok G Tanah Abang mengeluhkan pembeli sepi dan kondisi pasar yang tak terurus. Kondisi mereka kian terpuruk, meski pemerintah bilang ekonomi bakal bangkit.
Berikut 3 berita terpopuler kanal metropolitan pada Senin pagi, 18 September 2023:
1. Akhir Pekan Tanah Abang pun Sepi, Pedagang: Biasa Melayani Sampai Engap-Engapan
Para pedagang Tanah Abang mengeluhkan sepinya pembeli yang datang ke pusat grosir terbesar di Asia Tenggara itu belakangan ini. Ada yang mengatakan jika keramaian saat pandemi Covid-19 masih lebih baik.
Tempo berkunjung ke Blok A Pasar Tanah Abang pada Sabtu, 16 September 2023. Para pedagang aktif menawarkan dagangan kepada orang yang melewati kiosnya. “Tanya-tanya aja dulu," kata mereka.
Suasana di tempat perbelanjaan terbesar se Asia Tenggara itu kelihatan tidak seramai biasanya. Semakin siang, memang semakin banyak orang yang memadati pasar. Namun, jumlah mereka bisa dikatakan belum bisa menandingi banyaknya penjual.
"Ini hitungannya sepi. Covid masih mending malahan. Kayaknya mulai habis lebaran sepi, sepi, sepi, sampai sekarang tambah sepi, tambah sepi," ujar Wasmah penjual kopi yang terletak di luar gedung pasar.
Ucapan Wasmah diamini Dafirly, penjual baju yang memulai usahanya di Tanah Abang sejak 2007. Tanah Abang tak seramai dulu sebelum pandemi Covid-19. Meski pandemi sudah berakhir, jumlah pengunjung belum membaik.
"Kadang Sabtu-Minggu ramai, hari biasa sepi. Kadang hari biasa ramai, Sabtu-Minggu sepi, gak tetap," ujarnya.
Di lantai dasar Blok A, jumlah pengunjung cukup ramai. Mereka berlalu-lalang dan berhenti untuk melihat-lihat barang yang dijajakan di sana. Barang-barang yang ditawarkan pun beragam dan terlihat semakin menarik dengan terangnya cahaya lampu yang menyinari seluruh bagian bangunan.
Namun, semakin ke atas, dapat terlihat perbedaan jumlah pengunjung. Di lantai tujuh, misalnya, area yang dikhususkan untuk berjualan sepatu, sedikit sekali pengunjung yang terlihat.
Sedangkan, area Blok B yang berada dekat dengan Blok A di lantai bawah juga memiliki beberapa pengunjung.
"Menurut kami sepi. Pedagang-pedagang lain juga ngeluhnya sama. Istilah kita mah juga rame, rame rojali, rombongan jarang beli," ujar salah satu penyedia layanan pijat yang berlokasi di dekat pintu masuk Blok A. Kepadatan pada hari itu, kata dia, masih tergolong sepi untuk Pasar Tenabang.
Pun di Lobi Barat Blok A. Meski ramai lalu-lalang pengunjung yang sedang menikmati jajanan kuliner di luar gedung, tapi kondisi ini tak seperti beberapa tahun lalu. Tidak semua vendor terisi.
Menurut Wasmah si penjual kopi, Pasar Tanah Abang dianggap ramai seperti sedia kala jika pengunjung harus sampai berdesak-desakan.
Di tempatnya berjualan, biasanya ramai orang yang membeli kopi ataupun jajanan lain sampai ia sulit untuk makan siang. "Layaninnya aja kadang sampe engap-engapan,” kata dia.
Ia mengenang sesaknya Tanah Abang zaman dulu yang kadang bisa sampai menimbulkan korban jiwa. “Kan sempet juga ada yang bawa orok ke stasiun meninggal, desak-desakan. Terus orang hamil, desak-desak sama pengunjung akhirnya keguguran," kata Wasmah.
Selanjutnya respons Heru Budi Pasar Tanah Abang sepi pembeli...