TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji menjelaskan pihaknya sudah mengirim surat ke Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk melakukan program hujan buatan dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC).
Hujan buatan, kata Isnawa, untuk menanggulangi kemarau berkepanjangan yang melanda DKI Jakarta. "Sudah (mengirim surat). Kita sudah bersurat juga sekitar dua bulan lalu ke BNPB soal kemarau," katanya saat dihubungi Tempo, Selasa, 3 Oktober 2023.
Menurut Isnawa, BPBD DKI tidak berwenang memutuskan kebijakan hujan buatan lewat teknologi modifikasi cuaca atau TMC. Kewenangan itu dimiliki oleh BNPB.
Setiap BPBD kata Isnawa, harus melakukan permohonan terlebih dahulu jika ingin melakukan TMC kepada BNPB. Selanjutnya, BNPB akan menindaklanjuti lewat kerja sama dengan lembaga-lembaga terkait.
"Baru nanti BNPB dengan anggaran pemerintah pusat mereka melakukan kerja sama teknologi modifikasi cuaca," ujar Isnawa.
Dalam menggunakan TMC, tutur Isnawa, BNPB perlu berkoordinasi dengan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU). Prsetujuan dari keempat lembaga ini kemudian yang akan menentukan kebijakan apa yang akan diambil dalam penggunaan TMC.
"Setelah di-acc, tim BNPB, BRIN, BMKG, dan TNI AU akan rapat dulu pertumbuhan awan hujan ada di mana. Setelah ada, baru mereka melakukan TMC," ujar Isnawa.
Hujan buatan yang dihasilkan oleh TMC ini, menurut Isnawa, berhasil sejenak mengurangi polusi Jakarta. "Kemarin waktu Jakarta polusi udaranya tinggi beberapa kali dilakukan TMC walaupun cuma 5 menit, 3 menit. Itu tujuannya supaya mengurangi polutan udara Jakarta yang buruk," katanya.
Teknologi modifikasi cuaca, tutur Isnawa, hanya dapat dilakukan selama masih ada sinar matahari. Hal ini disebabkan karena awan hujan hanya dapat terlihat apabila ada cukup cahaya yang mendukung.
"TMC itu hanya efektif kalau dari pagi sampai jam 5 sore. Menjelang magrib itu sudah ngga bisa lagi karena sudah gelap awannya," ujarnya.
Pilihan Editor: 80 RS Menolak Jadi Rujukan Bocah Mati Batang Otak di Bekasi, Kenapa?