TEMPO.CO, Jakarta - Sosiolog Universitas Negeri Jakarta (UNJ) Asep Suryana menanggapi tren kasus kekerasan di kalangan pelajar yang meningkat belakangan ini. Menurut dia, fenomena kekerasan berujung penganiayaan ini kerap disebabkan oleh lingkungan terdekat pelaku.
"Hal itu karena kegiatannya di sekolah, keluarga di rumah, dan lingkungan tempat tinggal yang padat penduduk," kata Asep Suryana saat dihubungi Tempo pada Kamis, 5 Oktober 2023.
Pelajar yang menjadi pelaku kekerasan cenderung berasal keluarga dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah. Alih-alih mendidik secara akademis, keluarga yang terjerat kemiskinan kerap membiarkan anak mereka bebas memilih pergaulan.
"Keluarga yang miskin ini kan tipikal yang biasa awur anak," ujar Asep.
Ahli sosiologi UNJ itu menyampaikan, sekolah turut membentuk perilaku pelajar. Menurut dia, sekolah harus menyediakan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat sehingga dapat menyalurkan minat dan bakat pelajar.
"Di sekolah perlu ada kegiatan ekstrakurikuler yang mampu menjadi tempat pelajar ini mengeluarkan energinya," ujarnya.
Selain itu, Asep menyebut bahwa lingkungan tempat tinggal yang tak menyediakan fasilitas bermain turut menjadi penyebab pelajar melakukan kekerasan.
Baginya, pemukiman yang tidak suportif pada kegiatan akademis maupun non akademik dapat mendorong pelajar melakukan hal tak bermanfaat, termasuk tindakan kekerasan. "Pemukiman padat itu butuh tempat kegiatan untuk pelajar ini," ujarnya.
Pilihan Editor: Pelajar Siram Air Keras ke Pelajar Lain, Sosiolog UNJ: Ingin Jadi Pahlawan bagi Kelompoknya