TEMPO.CO, Jakarta - Saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan di Apel Hari Santri di Tugu Proklamasi, Jakarta Pusat, sejumlah mantan tokoh Jamaah Islamiyah (JI) dengan hikmat mengikuti. Mereka di antaranya Mustaqim Safar dan Abu Haris.
Mustaqim merupakan mantan Ketua Forum Komunikasi Pondok Pesantren (FKPP) yang terafiliasi kelompok Jamaah Islamiyah. Mereka bersama tokoh lain dan para santri menggunakan baju koko berwarna putih dengan peci hitam mengikuti agenda Apel Santri hari ini.
"Hari yang menggembirakan dan menambah juang semangat kami untuk membela negeri ini," ujar Abu Haris, pengurus pesantren Al-Muttaqin Jepara, Selasa, 22 Oktober 2024.
Selain dua tokoh itu, ada empat mantan pentolan Jamaah Islamiyah yang ikut hadir. Mereka meliputi Ahmad syaifullah, Dikdik Mudzakir, Yusuf Sutisna, dan Qosdi Ridwanullah. Mereka semua merupakan pengasuh di pondok pesantren yang berbeda.
Abu Haris, misalnya, pengasuh pondok pesantren Al-Muttaqin Jepara. Sedangkan Ahmad Syaifullah dari Ar-Rahman Jawa Timur, Dikdik Mudzakir dari pesantren Tahfizhul Qur'an Ulul Albab Sukoharjo, Yusuf Sutisna dari Pesantren Nurul Hadid Cirebon, dan Qosdi Ridwanullah dari Pesantren Darusy Syahadah Boyolali.
Mereka dan sekelompok pentolan tokoh Jamaah Islamiyah lainnya secara resmi telah mendeklarasikan pembubaran JI dan kembali kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia pada 30 Juni 2024 lalu. Mustaqin mengatakan meski deklarasi baru diucapkan, namun para tokoh dari JI telah melakukan diskusi tersebut beberapa tahun sebelumnya. "Perubahan ini berangkat dari pandangan para kader," ujar dia.
Di penghujung agenda Apel Hari Santri, mereka berenam kemudian dipanggil oleh pemandu acara dan menghampiri Menteri Agama Nasaruddin Umar. "Hadir bersama kita, enam pengasuh pondok pesantren yang kembali ke pangkuan Republik Indonesia," ujar MC acara.
Sebagai simbol kembalinya keenam tokoh tersebut ke NKRI, mereka berpelukan dengan Menteri Agama dan melakukan sesi foto bersama. Saat sesi Apel Hari Santri berakhir, keenam mantan tokoh JI juga tampak mengobrol akrab dengan peserta apel santri lainnya.
Deklarasi pembubaran JI di Hotel Lorin, Sentul, dan dihadiri oleh sekitar 131 orang. Mereka berkomitmen untuk menanggalkan doktrin yang selama ini ditanamkan di JI yang mempraktikkan takfiri dan berjihad dengan cara kekerasan seperti bom bunuh diri.
Jamaah Islamiyah didirikan oleh Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba'asyir pada 1993. Sebelumnya mereka adalah kader Negara Islam Indonesia. Sejak tahun 2000, kelompok ini dituding berada di balik teror mematikan di beberapa wilayah. Antara lain peristiwa bom Bali pada 2002, bom mobil di kedutaan besar Australia, dan bom bunuh diri di hotel JW Marriot.
Pilihan Editor: Cerita Mantan Panglima Militer Jamaah Islamiyah soal Kekuatan Tempur JI yang Kini Bubar