Menurut Kepala Seksi Perawatan Panti Sosial Kedoya, Aseli Husen, setiap hari sedikitnya 30 orang penyandang masalah sosial dibawa ke panti ini. "Kebanyakan pengemis, gelandangan dan joki," kata dia, Senin (31/08).
Menjelang Lebaran, kata dia, jumlahnya bisa jauh meningkat. "Lebaran tahun lalu saja bisa mencapai 800 orang," tambah Aseli.
Para penyandang masalah sosial seperti pedagang asongan, pengamen, pengemis, joki, gelandangan, dan pelacur langsung didata oleh petugas. Minimal selama seminggu para petugas memberikan penyuluhan, pelatihan, dan keterampilan. "Harus ada surat jaminan dari keluarga agar tidak kembali ke jalan," kata Aseli.
Adapun yang tidak dijemput keluarga, petugas akan merujuik para penyandang masalah sosial ke panti-panti yang disesuaikan dengan keadaan mereka. Contohnya para penghuni lanjut usia dirujuk ke Panti Jompo Ciracas. Beberapa panti yang menjadi rujukan di antaranya: Panti Sosial Balita Cipayung, Panti Sosial Anak Perempuan Duren Sawit, Panti Sosial Anak Laki-laki Cengkareng, dan Panti Sosial Wanita Kedoya
Kondisi serupa terlihat di Panti Sosial Cipayung, Jakarta Timur, jumlah penyandang masalah sosial mencapai 160 orang. Jumlah tersebut melebihi batas daya tampung ideal penghuni di Panti Sosial Cipayung yang mampu menampung 100 penghuni.
Banyaknya para penyandang masalah sosial yang dititipkan di kedua panti sosial ini sebanding lurus dengan maraknya razia pengemis dan penjaja seks yang dilakukan polisi dan Pamong Praja menjelang dan selama bulan suci Ramadan.
RUDY P