TEMPO Interaktif, Jakarta - Sumber dana penanganan banjir di Jakarta melalui program Jakarta Emergency Dredging Initiative (JEDI) diharapkan dapat bergulir tahun ini. Gubernur DKI Jakarta Fauzi Bowo mengatakan keberadaan dana itu sangat dibutuhkan untuk dapat membantu pembangunan tempat-tempat penampungan air (waduk).
“Selama waduk belum dibangun, kawasan yang biasa tergenang air masih akan mengalami masalah yang sama,” katanya. Fauzi mencontohkan salah satunya pembangunan Waduk Halim yang berada di ujung selatan Kanal Banjir Timur. Menurutnya, keberadaan waduk itu akan membantu menghilangkan genangan air yang biasa datang di kawasan sekitar Universitas Borobudur yang berada di tepi sungai Kalimalang, Jakarta Timur.
Fauzi menyatakan bahwa keberadaan waduk itu akan lebih membantu jika dibandingkan normalisasi saluran sungai yang bermuara di Kanal Banjir Timur. Dia menyatakan bahwa saat ini lima saluran sungai yang bermuara ke kanal tersebut sudah dinormalisasi. “Meski demikian itu tidak akan menjamin genangan air akan hilang,” katanya.
Oleh karena itu, Fauzi berharap proyek JEDI dapat mulai terealisasi setidaknya pada akhir tahun ini. Lebih lanjut dia menyatakan bahwa pihaknya sudah melakukan pembicaraan untuk proses penyesuaian peraturan pemerintah untuk JEDI tersebut. “Saat ini prosesnya sedang berjalan dan masih ada di tangan Departemen Hukum dan HAM (hak asasi manusia),” katanya.
Program JEDI berasal dari Bank Dunia dalam bentuk pinjaman senilai US $ 135,5 juta kepada pemerintah Indonesia untuk menangani banjir. Dari jumlah tersebut, dana sebesar US $ 56 juta dollar akan dipinjamteruskan kepada pemerintah Pemprov DKI Jakarta, untuk penanggulangan banjir di Ibukota. Sisanya akan digunakan pemerintah untuk menyelesaikan proyek pembangunan kanal banjir timur.
EZTHER LASTANIA