TEMPO Interaktif, Bekasi - Pemeliharaan situ atau telaga di Kota Bekasi, Jawa Barat, tidak terlaksana baik. Tiga situ berukuran luas diserobot warga, lahan di sekitar situ telah banyak berdiri bangunan liar.
"Harusnya pemerintah mulai merefungsi situ-situ yang ada," kata Dicky Irawan, Kepala Subbidang Tata Ruang dan Infrastruktur Wilayah Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Kota Bekasi, kepada Tempo, Rabu (17/2).
Situ, menurut Dicky, bisa dimanfaatkan untuk menampung air untuk mengurangi potensi banjir selama musim hujan berlangsung. Tiga situ tersebut adalah Situ Rawa Gede seluas 13 hektar di Kelurahan Bojong Rawalumbu, Situ Pulo seluas 7,9 hektar di kawasan Citragren, dan Situ Lumbu di Kelurahan Rawalumbu.
Menurut Dicky, fungsi situ itu untuk menahan sementara air hujan maupun air dari sungai apabila debit tinggi. Manfaatnya, luapan air ke pemukiman warga bisa dihindari. Tiga situ itu terbentuk secara alami karena adanya lekukan tanah. Tetapi, kata Dicky, pemerintah daerah juga akan membangun situ baru dengan cara dikeruk untuk mengantisipasi banjir.
Kepala Dinas Tata Ruang Kota Bekasi Rahmat Kusmayadi, mengatakan situ tidak terawat karena anggaran terbatas. Pada 2010 ini, pemerintah daerah hanya mengalokasikan anggaran pemeliharaan situ Rp 1,3 miliar. Dana itu, kata Rahmat, hanya cukup untuk membuat pagar dan membersihkan kawasan Situ Rawa Gede supaya steril dari bangunan liar. Adapun nasib situ lainnya, belum bisa dirawat karena masalah anggaran minim itu. "Akhirnya situ di Kota Bekasi tidak berfungsi baik," kata dia.
Menurut Rahmat, selain situ warga juga membutuhkan folder atau terminal air di bantaran kali. Setidaknya, butuh 16 folder air namun saat ini baru dibangun satu folder di Kali Mati, jalan M Hasibuan, Bekasi Timur. Manfaat folder tersebut sama dengan situ, hanya saja letaknya persis di samping aliran sungai. Apabila debit air sungai tinggi, maka pintu folder bisa dibuka supaya sebagian air mengalir ke dalam folder itu.
HAMLUDDIN