TEMPO Interaktif, Jakarta - Kandang kuda itu kini bersalin rupa. Ruangan berukuran 25 x 15 meter beratap asbes dengan dinding warna hitam berjeruji besi kecil itu kini lebih mirip museum. Ruangan yang ada di kawasan pacuan kuda tersebut benderang oleh cahaya lampu yang menyorot ratusan benda bersejarah yang tersimpan di sana.
Bekas kandang kuda ini memang disulap menjadi ruang pamer benda-benda bersejarah hasil temuan dari sebuah kapal karam oleh Direktur PT Paradigma Putra Sejahtera Adi Agung Tirtamarta. Ruangan ini menyimpan berbagai barang, seperti vas bunga, mangkuk, dan piring yang berasal dari dinasti Liao.
Rak-rak tersusun rapi, berisi pajangan ratusan keramik bercorak berwarna hijau toska keputih-putihan. Ada pula gading dan gigi gajah dipajang di sana. "Di dalam kapal yang kami temukan ada gigi gajah, berarti di dalamnya dulu ada gajah hidup," kata Adi mengira-ngira, sambil menunjukkan gigi gajah berwarna putih kehitaman.
Kapal karam yang ditemukannya bersama Cosmix Underwater Research Ltd asal Belgia itu mempunyai tinggi 6 meter, dengan panjang gundukan 52 meter.
Yang menarik, pada meja pajangan tepat menghadap pintu masuk, diletakkan piringan perunggu bergambar burung hong dari Cina. Adi menyebutkan, hanya ada tiga keping piring burung hong di dunia. Satu keping ditemukan dan disimpan di Jepang, setengah lagi karena sudah pecah di Cina, dan sebuah lagi di Indonesia, yang ditemukan timnya.
Pengunjung "pameran"' juga diperkenankan melongok benda seni di kamar sebelah kanan. Terlihat dalam satu sudut ruangan diletakkan batu kristal dari dinasti Fatimah dari Arab. Pada lemari kaca lainnya, dipajang puluhan keping uang Cina. Ada pula mutiara asal Sri Lanka.
Pada bagian tengah, ditata arca peninggalan Buddha dan patung perunggu berwajah anjing berbadan manusia. "Ini menunjukkan kapal bergerak dari Sriwijaya menuju Kerajaan Kalingga di Jawa. Ada percampuran budaya dan tingkat kebangsawanan. Belum diteliti apakah kedatangan mereka untuk berdagang," kata Adi.
Harta karun yang dilelang dengan harga pembuka US$ 80 juta itu dijaga ketat selama 24 jam. Selain anjing penjaga, ada pula tentara. D.J. Tumbel, yang mengaku berasal dari kesatuan Marinir, mengatakan telah mengikuti ekspedisi pengangkutan harta karun itu sejak dimulai proyek hingga hasilnya ditempatkan di gudang. "Sejak 2004 saya ikut," katanya.
AYU CIPTA