Menurutnya dalam pelaksanaan MOPDB kali ini dilaksanakan oleh guru. "Bukan oleh siswa, OSIS hanya dilibatkan seperlunya untuk membantu saja," katanya. Langkah tersebut diambil untuk mencegah adanya tindak kekerasan yang dilakukan siswa senior pada siswa baru jika pelaksanaan MOPDB dilakukan oleh siswa sendiri.
Bahkan SMA 16 tidak memberlakukan aturan yang mewajibkan siswa baru mengenakan aksesoris yang mengesankan adanya perpeloncoan. "Tidak ada lagi acara membawa pita-pitaan ataupun kertas koran dan karton," lanjutnya.
Siswa baru hanya akan mendapatkan materi mengenai pengenalan sekolah. "Materi diberikan seperti layaknya pelajaran biasa di dalam kelas," ungkapnya. Bahkan dihari pertama pelaksanaan MOPDB siswa baru juga mendapat pelajaran mengenai tertib berlalu lintas. "Diisi oleh petugas kepolisian dari Polda Metro Jaya," tambahnya.
Hari ini adalah hari pertama pelaksanaan MOPDB siswa SMA dan SMK negeri di DKI Jakarta. Sebelumnya sejumlah kekhawatiran adanya tindak kekerasan oleh siswa senior sempat muncul.
Menurut Ketua Dewan Pembina Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas Anak) Seto Mulyadi tindak kekerasan dalam MOPDB berpotensi muncul jika pelaksanaan tidak diawasi dan dilaksanakan oleh guru sendiri. Karena dalam pelaksanaan MOPDB siswa SMP di Jakarta masih ada yang diserahkan pada siswa, sehingga muncul tindak kekerasan. "Berdasarkan pengaduan yang masuk ke saya masih ada tindak kekerasan pada MOS di SMP tahun ini, potensi itu juga mungkin terjadi pada MOS untuk SMA, bahkan bisa lebih parah karena secara psikologis siswa SMA lebih agresif dibanding SMP belum lagi persoalan senioritas yang masih kental di SMA Jakarta," katanya pekan lalu.
AGUNG SEDAYU