Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Puluhan Pedagang Ayam di Depok Mogok Berjualan  

image-gnews
TEMPO/Prima Mulia
TEMPO/Prima Mulia
Iklan

TEMPO Interaktif, Depok--Puluhan pedagang daging ayam di Depok mogok berjualan. Aksi ini terjadi kemarin sejak pagi hingga sore. Akibatnya, sejumlah warga Depok kesulitan untuk mendapatkan daging ayam baik di tingkat pedagang keliling maupun di pasar.

Widodo, 50 tahun, pedagang ayam di Pasar Kemiri Muka mengaku jika dirinya sudah tidak berjualan ayam sejak Minggu lalu dan berlanjut sampai hari ini. Hal tersebut lantaran harga daging ayam yang terus menerus melambung.

“Sepuluh hari yang lalu harganya masih Rp 17 ribu sekilo, sekarang sudah Rp 24 ribu,” ujarnya kepada Tempo. Harga tersebut, merupakan harga ayam yang masih hidup.

Sedangkan untuk ayam yang sudah dipotong-potong, 1 kilogram yang terdiri dari 14 potongan sayap yang dulunya hanya Rp 22 ribu, sekarang sudah melambung menjadi Rp 28 ribu. Menurut Widodo, dengan menjual ayam seharga Rp 28 ribu, dirinya nyaris tidak mendapat untung.

“Untungnya juga nggak cukup untuk bayar tenaga orangnya yang motongin,” katanya. Yang membuatnya semakin kesal, banyak pembeli mengira jika dirinya sebagai pedagang sengaja menaikkan harga lantaran menjelang bulan puasa.

Menurut Widodo, kenaikan harga terjadi di pihak peternak. “Mereka (orang kandang) bilang harganya naik karena ayamnya kosong,” kata Widodo.

Kelangkaan ayam juga terjadi di Pasar Musi, Kecamatan Sukmajaya, Depok. Berdasarkan pemantauan Tempo, tak satupun pedagang ayam potong yang nampak berjualan. Petugas Ketertiban Pasar Musi Rosid Banih mengakui jika sejak pagi tadi sekira jam 08:00 wib, dirinya tidak melihat satupun pedagang ayam di Pasar. “Sejak tadi pagi, dari depan sampai belakang pasar nggak ada yang jualan. Tadi malam juga nggak ada yang nurunin ayam,” ujar Rosid.

Ia mengaku tidak mengetahui alasan para pedagang ayam mogok berjualan. Rosid memperkirakan hal ini tidak akan terjadi sampai berlarut-larut. Hal tersebut disebabkan setiap pedagang pasti memiliki kebutuhan untuk segera berdagang.

Jika di Pasar Kemiri Muka dan Pasar Musi, tak tampak satupun pedagang, pemandangan berbeda terlihat di Pasar Agung, kecamatan Sukmajaya, Depok. Sebagian pedagang masih tampak berjualan.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Meski demikian, para pedagang yang ditemui Tempo mengaku jika ayam yang dijual hari ini umumnya adalah pasokan sisa kemarin. “Jualan cuma habisin stok yang kemarin,” kata Ujang, 54 tahun, pedagang di Pasar Agung.

Hal yang sama juga diungkapakan Murdoko, 48 tahun. Pedagang yang sudah 20 tahun berjualan ini mengakui jika harga daging ayam sudah sebulan ini terus-menerus mengalami peningkatan. “Awalnya sih naiknya cuma 200 rupiah, 300 rupiah. Tapi karena terus meneruskan akhirnya berat juga. Kalau dijumlahkan ya sebulanan ini naiknya sudah Rp 5 ribu,” katanya.

Ia memaparkan jika sepuluh hari yang lalu, harga belinya hanya Rp 17 ribu per ekor, maka saat ini mencapai Rp 28 sampai 30 ribu per ekor. Adapun harga jualnya mencapai Rp 33 sampai Rp 35 ribu.

Menurut Murdoko, kenaikan harga yang terus menrus terjadi ini disebakan pasokan dari perternak yang sengaja dikurangi. “Misalnya sebulannya dia masok bisa seribu ekor, sekrang masoknya Cuma 8 ribu ekor,” katanya. Hal tersebut berpengaruh terhadap harga di pasar.

Murdoko mengakui jika kenaikan harga yang terus menerus membuat banyak pedagang ayam di Depok mogok. Ia sendiri telah menerima surat edaran untuk ajakan “mogok jualan” yang akan diadakan dari tanggal 8 sampai tanggal 11 Agustus.

Meski demikian, pria asal Pekalongan ini menganggap surat edaran tersebut terlalu mendadak karena baru diterima kemarin dan dirinya merasa belum pernah diajak musyawarah. “Kita mau nggak jualan susah juga karena stok ayam kan masih banyak,” kata dia.

TIA HAPSARI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


3 Fase Kenaikan Permintaan yang Bakal Pengaruhi Harga Pangan Saat Ramadan

15 Maret 2021

Suasana aktifitas jual beli dengan dibatasi sekat plastik di Pasar Gede, Solo, Jawa Tengah, Senin, 11 Januari 2021. Selama pelaksanaan Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) 11-25 Januari 2021 operasional pasar tradisional di Kota Solo tetap buka dengan pembatasan waktu operasional sampai pukul 18:00 WIB dan menerapkan protokol kesehatan ketat. ANTARA/Mohammad Ayudha
3 Fase Kenaikan Permintaan yang Bakal Pengaruhi Harga Pangan Saat Ramadan

Setidaknya terdapat tiga fase kenaikan permintaan selama momen Ramadan dan Idul Fitri yang bakal mempengaruhi pergerakan harga pangan.


Ridwan Kamil Minta Pedagang Tradisional Pakai Pasar Digital

9 Mei 2020

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil blusukan ke Pasar Sederhana, Kota Bandung pada Rabu, 18 Maret 2020.
Ridwan Kamil Minta Pedagang Tradisional Pakai Pasar Digital

Ridwan Kamil dan Mendag meluncurkan pasar tradisional mengantisipasi penyebaran corona.


Sandiaga Uno Keluar Masuk Pasar, Pedagang: Sandi Hanya Nyinyir

23 Oktober 2018

Seorang perempuan mengacungkan dua ibu jari kepada calon wakil presiden nomor urut 2, Sandiaga Uno, yang berkunjung ke Pasar Wonodri, Semarang, Jawa Tengah, Senin, 24 September 2018. ANTARA
Sandiaga Uno Keluar Masuk Pasar, Pedagang: Sandi Hanya Nyinyir

Ketua Umum Komite Pedagang Pasar (KPP) Abdul Rosyid minta cawapres Sandiaga Uno memberikan konsep konkret bagaimana cara menstabilkan harga pangan.


Penjelasan Wapres Jusuf Kalla Soal Banyaknya Pengusaha Keturunan Cina

24 April 2017

Wakil Presiden Jusuf Kalla selaku keluarga Afif juga turut menghadiri acara lamaran dan perkenalan kedua belah pihak keluarga besar Bella maupun Afif ini. instagram.com
Penjelasan Wapres Jusuf Kalla Soal Banyaknya Pengusaha Keturunan Cina

Menurut Wakil Presiden Jusuf Kalla, ada beberapa alasan jumlah pengusaha keturunan Cina terus bertambah.


Kisah Cindy, Mahasiswi Penjual Jengkol untuk Mengisi Liburan  

1 Agustus 2016

Jengkol. TEMPO/Marifka Wahyu Hidayat
Kisah Cindy, Mahasiswi Penjual Jengkol untuk Mengisi Liburan  

Kali ini ia merasa sangat sayang jika melewatkan masa panen raya di tengah harga jengkol yang melangit.


Didampingi Risma, Megawati Akan Kunjungi Sentra Ikan Bulak

29 April 2016

Sentra Ikan Bulak di Jalan Cumpat, Surabaya, Jawa Timur yang terletak sekitar 600 meter dari ikon baru Surabaya yakni Jembatan Kenjeran. TEMPO/Mohammad Syarafah
Didampingi Risma, Megawati Akan Kunjungi Sentra Ikan Bulak

Risma mengultimatum Camat Bulak agar segera memasukkan pedagang ikan ke Sentra Ikan Bulak yang sepi sejak diresmikan pada Desember 2012.


Dagang di Jembatan, Penjual Getuk Cantik Pulang Naik Taksi  

12 Agustus 2015

Ninih (19), menawarkan getuk pada sejumlah warga yang melintas di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) kawasan Kuningan, Jakarta, 11 Agustus 2015. Ninih kembali melakukan aktivitasnya sebagai penjual getuk dengan penghasilan antara Rp 100 ribu hingga Rp300 ribu perhari. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Dagang di Jembatan, Penjual Getuk Cantik Pulang Naik Taksi  

Setelah selesai berjualan, wanita cantik penjual getuk di jembatan, Ninih, pulang naik taksi ke kontrakannya.


Ninih Penjual Getuk Cantik Raib dari Layar TV, Apa Kabarnya?

12 Agustus 2015

Ninih (19) membawa dagangannya menuju ketempat biasa dirinya menjajakan Getuk di Jembatan Penyeberangan Orang (JPO) kawasan Kuningan, Jakarta, 11 Agustus 2015. Ninih dapat mendapatkan keuntungan antara Rp 100 ribu hingga Rp300 ribu perhari. TEMPO/Eko Siswono Toyudho
Ninih Penjual Getuk Cantik Raib dari Layar TV, Apa Kabarnya?

Lama tak terlihat di layar kaca, penjual getuk asal Indramayu, Turinih alias Ninih, 19 tahun, kembali berjualan di Jakarta.


Pasar Klewer  

2 Januari 2015

Pasar Klewer  

Pasar Klewer terletak di sebelah barat Keraton Kasunanan Surakarta, sehingga menempati posisi yang ideal.


Jakarta Selatan Punya Rumah Potong Unggas Modern

20 Agustus 2013

Ilustrasi ayam potong. ANTARA/Agus Bebeng
Jakarta Selatan Punya Rumah Potong Unggas Modern

Relokasi juga akan dilakukan terhadap para pemotong ayam tradisional di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, mulai tahun depan. Mulus-mulus saja.