''Saya siap saja. Kalau memang peraturan seperti itu mau bagaimana lagi,'' kata Sitorus (45), salah seorang supir bus bernomor 89 jurusan Tanjung Priuk-Blok M, saat ditemui di terminal Blok M, hari ini.
Menurutnya, jika dengan razia uji kelayakan tersebut bisa menambah kenyamanan bagi penumpang, ia tidak mempermasalahkannya. ''Saya ikut saja kalau itu (razia kelayakan) bisa menambah kenyamanan penumpang,'' ujar pria berbadan tambun tersebut.
Sebagai pengemudi, kata Sitorus, ia mengaku hanya bisa pasrah jika kemudian bus yang ia kendarai dinyatakan tidak layak jalan.'Pasrah saja kalau dinyatakan tidak layak. Mau bagaimana lagi,'' katanya.
Meskipun masih dapat beroperasi dengan baik, namun penampilan luar bus yang dikemudikan Sitorus memang memprihatinkan. Cat putih yang membungkus bus tersebut sudah mengelupas di beberapa bagian. Warna putihnya pun sudah terlihat menjadi abu-abu akibat sudah dipergunakan sejak sekitar sepuluh tahun lalu. ''Sudah tua, jadi wajar seperti ini,'' katanya lagi sambil tertawa.
Tidak jauh berbeda dengan Sitorus, Herman (27), salah seorang pengemudi metro mini bernomor 506, jurusan Kampung Melayu - Pondok Kopi juga mengaku tidak khawatir dengan rencana razia kelayakan tersebut. 'Tidak apa-apa, saya siap,'' kata Herman saat ditemui di Terminal Kampung Melayu.
Pria kurus itu juga tidak khawatir jika metro mini yang ia kendarai tersebut dinyatakan tidak layak jalan. ''Kalau tidak layak jalan mau bagaimana lagi, saya serahkan kepada bos. Mungkin saya akan cari metro mini lain untuk saya supiri,'' katanya.
Pernyataan serupa disampaikan Sugeng (31), pengemudi angkutan kota (angkot) bernomor 02 jurusan Ciputat - Pondok Labu saat ditemui tengah menunggu penumpang di perempatan Plaza Blok M. Ia mengatakan siap dengan kemungkinan jika suatu saat angkot yang ia kemudian diuji kelayakannya. ''Saya siap kalau mau diuji,'' katanya.
Menurutnya, jika pemerintah berencana melakukan hal tersebut untuk memperbaiki transportasi Jakarta, ia mengatakan siap ikut serta. Menanggapi kemungkinan jika angkotnya dinyatakan tidak layak jalan, ia mengaku hanya bisa pasrah.
''Mau bagaimana lagi? Saya masih belum tahu akan kerja apa jika sudah ga bisa 'narik' lagi,'' kata pria yang sudah tinggal di Jakarta sejak tahun 2000 itu.
ARIE FIRDAUS