Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Kajian Greater Jakarta Disangsikan

image-gnews
Bus Transjakarta. Tempo/Tony Hartawan
Bus Transjakarta. Tempo/Tony Hartawan
Iklan
TEMPO Interaktif, Jakarta -Sejumlah kalangan meragukan kematangan konsep Greater Jakarta atau perluasan Jakarta yang sempat dilontarkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. "Lontaran gagasan presiden tersebut jadi tidak penting kalau sebatas omongan, seperti apa detail kajiannya tidak jelas, kami (DPR) juga tidak pernah diajak bicara," kata politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Ganjar Pranowo saat dihubungi Tempo, Ahad (16/1).

Menurut Ganjar, konsep perluasan Jakarta penuh dengan segudang persoalan bahkan dalam sejarahan perluasan Jakarta justru menambah persoalan baru. "Karena memang sejak awal, saat Belanda membangun Batavia, Jakarta tidak didesain untuk menampung penduduk dalam jumlah besar," katanya. Namun dalam perkembangannya jumlah penduduk Jakarta melesat pesat, sehingga sempat muncul adanya perluasan Jakarta dengan sejumlah konsep. Mulai dari konsep Jakarta Megapolitan pada jaman Gubernur Sutiyoso serta konsep tata ruang kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, Bekasi, Puncak, dan Cianjur (Jabodetabekpunjur).

Konsep Megapolitan perluasan mencakup Jakarta, Bogor, Depok, Tanggerang, dan Bekasi sehingga muncul istilah Jabodetabek. Konsep tersebut diharapkan bisa memecah beban Jakarta. Namun dalam prakteknya perluasan hingga Jabodetabek itu justru membuat daerah penompang seperti Depok dan Bogor rusak. "Karena pemerintah tidak sanggup menahan pertumbuhan Jakarta, saat diperluas justru daerah perluasan terkena imbas negatifnya, buktinya sekarang Bekasi, Depok dan Bogor sudah rusak karena imbas tersebut," paparnya.

Sehingga jika nanti akan dilakukan perluasan yang tidak hanya meliputi Jabodetabek namun juga wilayah Jawa Barat yang membentang dari Sukabumi sampai Cirebon, dikhawatirkan imbas negatif pertumbuhan beban Jakarta yang tidak terkendali tersebut akan merembet ke sana. "Kerusakan tidak hanya di Jabodetabek tapi akan berimbas luas ke wilayah Jawa Barat, Sukabumi hingga Cirebon," katanya.

Menurut Ganjar, solusi paling masuk akal untuk menyelesaikan persolan beban Jakarta adalah dengan memindahkan pusat pemerintahan ke luar Jakarta. "Biarkan Jakarta menjadi pusat perekonomian, pusat pemerintahan dipindah ke luar Jawa, agar tidak terjadi tumpang tindih beban di Jakarta seperti sekarang," katanya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Jika pusat pemerintahan dipindah, masih menurut Ganjar, salah satu daerah yang paling ideal adalah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. "Palangkaraya punya sejumlah kelebihan, pertama daerah tersebut rata dan luas, kedua tidak ada gunung merapi, ketiga ia berada di tengah-tengah wilayah Indonesia," lanjutnya.

Ganjar menyayangkan lontara gagasan presiden yang dinilai tanpa dasar kajian matang tersebut. "Semestinya sebelum dilontarkan ke masyarakat, Presiden sudah memiliki kajian matang, tidak sekedar melontarkan wacana," katanya. Karena itu dia meminta agar Presiden menjelaskan dan membicarakan kembali gagasan tersebut dengan DPR. "Mari duduk dan bicarakan bersama di DPR."

AGUNG SEDAYU

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Depok Sangat Mungkin Gabung Jakarta, Wakil Wali Kota: Konsep Lama Megapolitan Jabodetabekjur

15 Juli 2022

Wakil Wali Kota Depok Imam Budi Hartono. ANTARA
Depok Sangat Mungkin Gabung Jakarta, Wakil Wali Kota: Konsep Lama Megapolitan Jabodetabekjur

Wakil Wali Kota Depok juga menyinggung fenomena SCBD sebagai alasan gabung dengan Provinsi DKI Jakarta.


Sandiaga Uno: Jakarta Bisa Jadi Megapolitan Terbesar di Dunia

24 Maret 2018

Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Salahudin Uno saat peninjauan pembangunan tanggul laut National Capital Integrated Coast Development (NCICD) di kawasan Cilincing, Jakarta, 8 Desember 2017. Tempo/Ilham Fikri
Sandiaga Uno: Jakarta Bisa Jadi Megapolitan Terbesar di Dunia

Sandiaga Uno berbicara dalam Southeast Asian Symposium di Universitas Indonesia.


Kerugian Kemacetan Jakarta 100 T, BPTJ Atur Ojek Online dan LKAU

4 Desember 2017

Ilustrasi kemacetan Jakarta.  REUTERS/Beawiharta
Kerugian Kemacetan Jakarta 100 T, BPTJ Atur Ojek Online dan LKAU

BPTJ akan menata operasional ojek online di 17 stasiun karena kerugian akibat kemacetan Jakarta dan sekitarnya mencapai Rp 100 triliun,


Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

19 Oktober 2017

Pameran Perumahan. TEMPO/Ayu Ambong
Gaji Rp 5 Juta Ingin Beli Rumah di Jakarta? Ini Saran Apersi

Sulit bagi mereka yang bergaji Rp 5 juta membeli rumah tapak di Jakarta, tapi bukan tidak mungkin. Ini saran Apersi


4 Agenda Jakarta Hari ini: Lomba Startup hingga Bazar

31 Juli 2017

Ilustrasi Monas Jakarta. ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf
4 Agenda Jakarta Hari ini: Lomba Startup hingga Bazar

Telkomsel menggelar kompetisi startup di Jakarta Digital Valley.


Bersaing dengan Kota Dunia, Jakarta Harus Revitalisasi

8 Februari 2017

Ratusan kendaraan roda empat melintas disamping pengerjaan pembangunan  jalur transportasi Light Rail Transit (kereta ringan) di sisi jalan tol Jagorawi, Kampung Makasar, Jakarta Timur, 29 Januari 2017. Pemerintah menyatakan proyek LRT ditargetkan pada maret 2019 siap beroperasi. TEMPO/Imam Sukamto
Bersaing dengan Kota Dunia, Jakarta Harus Revitalisasi

Jakarta harus lakukan terobosan dan pembenahan menyeluruh,
yakni pembenahan birokrasi, pengembangan kawasan baru dan
revitalisasi kawasan


DKI Hibahkan Rp 318 Miliar ke Bekasi, Fokus di Bantargebang  

16 November 2016

Pemandanan udara Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat, 5 November 2015. TEMPO/Subekti
DKI Hibahkan Rp 318 Miliar ke Bekasi, Fokus di Bantargebang  

Dana hibah ke Bekasi paling besar ketimbang daerah penyangga Jakarta lainnya.


Warga Dapat Periksa Harga Tanah di Jakarta Smart City  

3 Januari 2016

Ruang Command Center Jakarta Smart City di Balaikota Jakarta. Dok. JSC
Warga Dapat Periksa Harga Tanah di Jakarta Smart City  

Tersedia data zonasi suatu wilayah berdasarkan RTRW.


Jakarta Smart City Beri Ruang Beraktivitas untuk Startup  

3 Januari 2016

Suasana ruang command center Jakarta Smart City. Dok. JSC
Jakarta Smart City Beri Ruang Beraktivitas untuk Startup  

Ruang kendali Jakarta Smart City seluas 500 meter persegi ada di gedung Balai Kota Blok B.


Ahok Tawarkan Bekasi Rp 1 Triliun, Terkait Kisruh Sampah?  

20 November 2015

Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama mengunjungi Stasiun Jakarta Kota di Jakarta, 21 Juni 2015. TEMPO/M IQBAL ICHSAN
Ahok Tawarkan Bekasi Rp 1 Triliun, Terkait Kisruh Sampah?  

Ahok sudah menawarkan sejak dulu dana Rp 1 triliun untuk Kota Bekasi.