TEMPO Interaktif, Jakarta - Kondisi gedung Sekolah Dasar Negeri 07 Makasar, Jakarta Timur, sangat memprihatinkan. Beberapa bagian plafonnya tampak melengkung ke bawah dan rawan ambruk. "Sudah 11 tahun tidak direnovasi," kata Kepala SDN 07 Makasar, Herlin Indrawati, saat ditemui di kantornya Kamis, 14 Juli 2011, siang.
Menurut Herlin, pihak Suku Dinas Pendidikan Dasar Jakarta Timur sudah meninjau sekolahnya pada Mei 2011. Namun, baru pada Oktober 2011 rehabilitasi gedung akan dilaksanakan. "Rencananya rehab berat," ujarnya.
Herlin mengaku pihaknya tidak pernah mengajukan usulan renovasi ke pihak Suku Dinas Pendidikan. "Tiba-tiba saja mereka datang meninjau."
Secara umum, kondisi gedung sekolah memang kurang menunjang untuk aktivitas belajar-mengajar. Kusen-kusen banyak yang keropos, beberapa di antarnya bahkan ditambal dengan semen. Tembok yang tadinya berwarna hijau sudah pudar catnya. Beberapa kaca nako juga sudah copot.
Yang lebih memprihatinkan, sejumlah plafon dalam kelas melengkung ke bawah, contohnya di ruang guru dan ruang kelas III. Kondisi ini sangat membahayakan bagi siswa, terutama jika terjadi hujan lebat atau gempa. "Kalau hujan sebagian kelas bahkan bocor," kata Kusnadin, guru agama sekolah itu.
Finti, sembilan tahun, mengaku takut melihat kondisi plafon sekolahnya itu. Namun, siswa kelas III ini tetap ingin belajar meski bayangan plafon jatuh menghantuinya. "Mau bagaimana, belajar saja," ucapnya.
Ketakutan akan kondisi plafon juga membayangi Mia, sembilan tahun. Rekan sebangku Fitri ini bingung harus melakukan apa jika kemungkinan terburuk terjadi. "Mudah-mudahan tidak roboh," kata dia.
Sekolah yang terletak di Jalan Sumur Jambu, RT 06 RW 05, Makasar, Jakarta Timur, ini memiliki tujuh ruang belajar. Karena kurangnya ruang belajar, satu kelas terpaksa masuk siang. "Rombongannya ada sepuluh, tetapi kelasnya hanya ada tujuh," kata Herlin.
Jika gedung jadi diperbaiki pada Oktober mendatang, kegiatan belajar-mengajar rencananya akan dipindahkan ke Sekolah Menengah Pertama Yamas di Jalan Pusdiklat Depnaker, Makasar. Kedua sekolah ini hanya terpisahkan jarak beberapa puluh meter.
"Nanti kegiatan belajar-mengajarnya siang hari. Sudah ada pembicaraan dengan pihak Yamas," tutur Herlin. Dia berharap renovasi dipercepat sebelum kemungkinan buruk terjadi.
HERU TRIYONO