TEMPO.CO , Jakarta:Stormwater Management and Road Tunnel atau SMART Malaysia digagas untuk mengandalikan banjir 100 tahun dan dampaknya di Kuala Lumpur. Tak hanya itu keberadaan dua jalan raya untuk kendaraan ringan dalam terowongan tadi bertujuan mengantisipasi kemacetan pada jam sibuk di Ibu Kota.
Dua masalah itu pula yang terjadi di Jakarta. Mungkin karena itu, Gubernur DKI Jakarta Joko Widodo menggagas terowongan serupa. Jokowi menyebut terowongan yang ia gagas sebagai terobosan. Beda ide Jokowi adalah terowongan di DKI nantinya berdiameter lebih besar. Kalau di Malaysia 13,2 meter. Tunnel Jakarta akan berdiameter 16 meter.
Jokowi siap mengalokasikan dana pembuatan tunnel sebesar Rp 15 triliun. Adapun biaya tunnel Malaysia sebesar US$514 juta atau 1.889 Miliar Ringgit Malaysia.
Soal bagaimana cara kerja tunnel tadi, pengelola menggunakan tiga model pengoperasian terowongan pengendali banjir Malaysia. Berikut tiga model sistem pengoperasian tunnel tadi.
Model 1: Kondisi Normal
Kondisi normal berlaku ketika hujan ringan turun dan tak ada badai. Dua jalur kendaraan tetap dibuka bagi motoris.
Model 2: Badai Sedang
Sistem SMART diaktifkan. Air dialirkan ke terowongan bypass di saluran terbawah dari terowongan jalur kendaraan. Saluran di atas tetap dibuka bagi motoris.
Model 3: Hujan Badai
Terowongan akan ditutup bagi motoris. Ketika semua kendaraan sudah melewati terowongan, secara gerbang penahan air otomatis dibuka untuk melimpaskan air.
RT-TECH | WANTO